Senin, 31 Oktober 2011

BIRAHI IBU SELFI 1

Sebut saja nama pemuda itu adalah Randy 22 tahun, 172/65 berparas seperti kebanyakan orang pribumi. Dialah pemeran utama dalam kisah ini… Dia ganteng dan  manis, atletis, hidung mancung, bertubuh sexy karena memang dia suka olah raga. Randy ini adalah mahasiswa di salah satu PTN di Jakarta, tepatnya di Jakarta Selatan. Iya, ia anak UI.
Kisah ini berawal terjadi sebagai dampak seringnya anak kuliahan pada umumnya nongkrong di mall baik itu saat kuliah lagi kosong maupun saat jam-jam kuliah.
Dari seringya dia nongkrong di mall...biasanya dia menghabiskan waktuku main di game zone yg ada di mall tsb. Dia berjumpa dengan teman-teman yg juga suka main game...anak-anak...dan juga orang-orang dewasa yg menemani anaknya bermain game.
Siang itu seperti biasa Randy terlihat di Citos, mall yang ada di Cilandak itu.
Dan di situlah dia berkenalan dengan Selfi, seorang ibu rumah tangga yang berumur 41 tahun.wanita sedang mengantar anaknya bermain game. Dia mengenalnya ketika duduk setelah cukup jenuh bermain game. Wanita itu yang rupanya bosan juga menemani anaknya yang belum selesai bermain game lalu duduk di tempat duduk yang sama dengan tempat Randy duduk. kebetulan tempat duduk yang ada di lokasi tersebut sudah penuh semua.
Dia sempat terpana dengan bentuk tubuhnya. Wanita itu mengenakan gaun panjang semata kaki. Dan model pakaian yang sangat ngepas tersebut telah mencetak seluruh lekuk tubuhnya. Pinggul dan pantatnya sungguh besar. Padat. Dan busungan dadanya sungguh akan membuat lelaki manapun mengeluarkan ludah. Randy betul-betul terpesona...terpesona dengan daya tarik tubuhnya...daya tarik seksual yang memantul dari tampilannya.
Sebenarnya sejak Randy bermain games tadi, perhatiannya terusik dengan hadirnya ibu Selfi ini. Ia sering mencuri lihat pada ibu setengah baya ini. Bahkan entah saling mengetahui atau tidak, pernah sangat sekilas mereka bertubrukan pandang. Akan tetapi hanya sebatas itu, dan hanya sekali saja.

Ketika wanita itu duduk, ia menyilangkan kaki. Dan terpampanglah betis yang putih, mulus, dan liat karena pakainnya memiliki belahan di sisi kaki.
Ketika wanita itu duduk, aroma wangi langsung menyerbu hidung pemuda itu.
Dia sedang asyik menunduk BBM-an dengan teman walau ujung matanya selalu mengawasi. Wanita paruh baya itu menyapa,"..permisi duduk mas...!"
"Oh iya, silahkan bu, milik umum kok,"sahut Randy sambil tersenyum wajar.
Eh, iya senyum juga... Lucu mungkin baginya mendengar sahutan Randy...
Wangi yang berpendar dari sosknya mau gak mau mengusik keberadaan pemuda itu.
Setelah jeda sekitar 3 menit...
"Nunggu anaknya iya bu,"dia mencoba menetralkan aromanya.
"Hmm, iya, mas,"balasnya singkat. Iya memalingkan wajahnya pada pemuda itu. Ia memandang Randy sesaat. Nampaknya wanita itu mencoba memeriksa dan meneliti. Ada senyum dalam wajahnya...
"Anak-anak kalau belum coba semua games ga akan berhenti,"ujar pemuda itu mencoba berakrab ria. Dia tahu wanita tidak akan kabur dengan sikap ini, karena dia juga selalu wangi kalau ke kampus dan ke mana saja. Ibu ini pasti juga merasa aroma yang keluar dari tubuhku walau tidak seglamor aromanya, pikir Randy dalam hati. Itulah salah satu kunci memikat perempuan.

"Iya mas. Dari tadi keliling-keliling. Dah ada kali 2 jam-an,"balasnya.
"Iya bu. Namayanya juga anak-anak. Aku juga begitu barangkali dulu."

Sungguh....
Dalam sesi pertama ini dia begitu kagum pada kemolekan tubuh ibu ini. Dia sering mencuri pandang dadanya yang busung ketika ia lengah dan mengalihkan pandangan ke arena games.
"Ping!
Tiba-tiba BB yang ada di tangan wanita itu berbunyi. Ia menunduk membaca, lalu sejurus kemudian ia tersenyum. Dan tiba-tiba tubuhnya bergoyang dan tangannya bergerak menutup mulut. Hhmm, pasti dapat BBM yang lucu, pikir Randy dalam hati.
"Hm, bagi-bagi dong lucunya,"cetus Randy ketika wanita itu selesai membaca. Ia menatap pemuda itu, dan nampaknya sisa kelucuan BBM masih tergambar di raut wajahnya.
"Mau?"wanita memandang dengan wajah sangat manja.
"Mau dong. Apa tuh yang lucu?"tanya Randy tersenyum sok penasaran.
Lalu wanita itu membaca isi BBM yang ternyata memang lucu. Hahaha, mau ga mau Randy juga tertawa... Lucu sekali... Lalu...
"Eh, maaf kirim dong ke aku bu. Aku mau kirim ke teman-teman,"kata Randy dengan wajah yang memang merasa terkesan dengan kelucuan BBM itu. Ibu Selfi wanita menatap. Tatapan yang wajar. Agak lama, wanita itu kembali membaca BBM nya... Nampaknya aku ga beruntung, pikirku Randy...
Tetapi...
"PIN nya mana?!" cetus Bu Selfi. Tangannya masih menutup mulut karena nampaknya wanita itu kembali membaca BBM yang lucu itu.
Yesss, pikir Randy. Tanpa berlama-lama dia mendiktekan PIN-nya. Lalu...
"Ping!"
Yes... BBM yang lucu tadi telah di kirim ke BB pemuda yang beruntung itu. Tapi yang penting adalah dia telah mendapat PIN ibu yang aduhai-semlohay ini.

Setelah sesi ini, semua berjalan lancar....Wanita itu memberitahu namanya, umurnya, alamatnya, nama anaknya yang sedang bermain games... Dan Randy juga... Dan pemuda itu menciptakan sesi ini dengan suasana yang sangat besahabat tanpa pretensi apa-apa... Wanita itu dalah seorang ibu rumah tangga beranak dua (cewek 1 cowok 1)... Anak cewek kelas 2 SMP anak cowok yang sedang bemain games umur 10 tahun... Suaminya, Untarto Suroto, yang berumur 52 tahun adalah seorang pejabat menengah di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral... Dan saat ini suaminya sedang ke Sulawesi Selatan... Mereka asli berasal dari Yogyakarta…
Sesaat wanita itu menghampiri anaknya... Tapi sang anak nampkanya masih belum mau berhenti...
Ia pun kembali pada Randy...

Sesi selanjutnya... Cerita-cerita mengalir... Kebanyakan topik umum dan juga tentang susana kampus di mana pemuda itu kuliah... Ketika Ibu Selfi mengetahui bahwa Randy kuliah di PTN bergengsi se-Indonesia wanita itu nampaknya langsung makin akrab saja dengan kehadiran Randy. Dan wanita itu pun juga bercerita tentang dulu waktu kuliah...
Lalu Randy mencoba satu hal...
"Eh, boleh foto dong...?"ia meminta pada wanita di depannya itu.
Ibu Selfi memandangnya dengan dengan senyum yang kalem menjurus keibuan. Pemuda itu inisiatip merapatkan tubuh padanya, tetapi tidak sampai bersentuhan,  sambil menjauhkan BB untuk mengambil foto... Dan selanjutnya mereka berfoto sebanyak 5 kali... HHmmm...mantap, piker Randy... Selajutnya mereka saling berbagi alamat Facebook... Request dan accept!
Dan akhirnya semua sesi itu selesai dengan wajar... Pemuda itu memang seorang ahli… Anak Ibu Selfi akhirnya datang... Mereka saling lempar senyum biasa…
Wanita itu pamit duluan...


Sepuluh menit setelah wanita itu menghilang Randy mengirim BBM padanya...
"Iya sama-sama. Makasih,"wanita itu membalas BBM ketika Randy bilang 'hati-hati di jalan bu'.



Beberapa hari kemudian dia rutin mengirim BBM lucu pada ibu paruh baya yang baru dikenalnya itu dan dibalas dengan sukses. Wanita itu mengatakan berbagai BBM lucu yang dikirim pemuda itu sangatlah lucu... Bahkan pernah Ibu Selfi menelepon ketika Randy menceritakan bahwa dia sedang di ruang kuliah dan dosennya sangat lucu tampilannya, bahasa, dan pakaiannya... Wanita itu mengaku terpingkal-pingkal dengan kelucuan BBM kiriman Randy… Akan tetapi lalu dengan satu langkah menentukan ia segera meminta wanita itu jangan menelepon sekarang karena kuliah sedang berlangsung... Itulah langkah yang dianggap Randy sangat menetukan karena dengan cara itu dia akan menimbulkan kesan bahwa dia tidak sedang menggoda kesendirian perempuan paruh baya itu...
Berdasarkan cerita-cerita yang mereka saling beritahu, dalam kesehariannya memang Ibu Selfi ini selalu sendirian di rumah sejak dari anak-anak dan suaminya berangkat pagi-pagi hingga siang hari pukul 13.00 WIB, ketika ia menjemput anaknya yang paling kecil. Ada dua orang wanita pembantu. Tetapi mereka bukanlah teman yang tepat untuk bergosip. Apalagi Ibu Selfi ini juga adalah seorang sarjana.
Dan Randy memang hanya kirim BBM atau SMS padanya di jam-jam kerja karena dia yakin suaminya tidak ada di rumah pada jam-jam kerja... Tidak pernah ada dalam kehidupan Randy hadir seorang pacar yang usianya lebih tinggi… Ia hanya berpacaran dengan anak-anak SMU yang selalu ngiler melihat anak kuliahan… Dan kini, ia dengan sadar sedang pendekatan dengan istri orang! Kadang Randy terbersit, akan tetapi lalu pikiran nakalnyalah yang ambil peranan…!!

Sebenarnya Randy berasal dari keluarga yang baik. Keluarga besarnya tinggal di Citeureup Kabupaten Bogor. Kakeknya merantau ke Jakarta dari Palembang sebagai seorang tentara. Ketika pensiun sang kakek membuka usaha pencetakan batako yang menyuplai proyek-proyek kecil di Angkatan Darat. Dan sekarang usaha tersebut dilanjutkan ayahnya di Citeureup dengan berbagai diversifikasi yang maju. Keluarganya juga membuka toko material yang cukup besar di Jalan raya Cibinong. Dan oleh ayahnya, Randy dibelikan sebuah rumah Type 36 di sebuah perumahan di Depok serta Isuzu Panther sebagai kendaraan ke kampus. Akan tetapi Randy menjual Panther tersebut dan mengganti dengan sepeda Motor Tiger. “Di mana-mana macet. Bisa telat terus ke kampus kalau pakai mobil,”begitu alasan Randy ketika ia mengirimkan uang sisa penjualan Panther pada Ibunya.
BBM-an antara dua insan beda usia itu berlangsung baik dan interaktif... Berhari-demi-hari... Berhari-demi-hari … Terus begitu... Mereka bercerita hal-hal lucu… Kiat-kiat hidup… Sinetron yang amburadul… Politik… Lagu-lagu… Filem… Dan banyak lagi… Mereka pernah dua kali lagi bertemu di Citos, akan tetapi pertemuan itu hanya seperti pertemuan pertama…
Ibu Selfi merasa senang karena BBM atau SMS Randy selalu mengingatkannya, “Bentar lagi jam 1, jam anak-anak pulang sekolah…”. Jadi Ibu Selfi tidak pernah telat menjemput anaknya sekolah. Yang ia tidak sadar adalah ia telah menyembunyikan dari suaminya sebuah BlackBerry yang bulan lalu dibelinya…

Pada suatu hari, ketika bersantai di rumahnya, dia dapat balasan SMS yang bikin dia sangat senang ketika mengirim SMS 'Dah makan belum?'
"Duh... Kayak pacaran aja nih....," balas Ibu Selfi.
"Habis teman-teman pd kirim pesan spt itu sih...,"katdia.
"Iya, mungkin mereka kan SMS-an ama pacar."
"Iya kali yah,"kata Randy berlagak bego.

Tiba-tiba Ibu Selfi call... Dada Randy berdegup tak karuan... Ia langsung tutup pintu, pasang lagu yang oke dengan suara yang perlahan, pasang gaya yg pas di ranjang... Lalu..
"Hallo...,"sapanya renyah....
Pembicaraan pun mengalir lancar... Topik mengenai banyak hal... Pembicaraan di tutup dengan....
"Ma kasih iya, tadi dah ngingetin aku makan...."kata-kata Ibu Selfi terdengar renyah-manja.
"Hehe-iya...jangan lupa iya makannnya...,"balas Randy lagi sok akrab.
"Iya-iya...,sok perhatian kamu iya..."suara wanita itu manja.
"Iya deh...ga lagi...,"
"Hihihih...,"dibalas renyah.

Tiba-tiba perempuan paruh baya itu berbisik...
"Eh, udah dulu iya...ada suamiku pulang.."
"Eh, iya-iya deh, mmuuaahh...,"ucap Randy pelan.

Dia terdiam... Hatinya jelas senang.. Dan ketika pada saat terakhir dia berani ucapkan "mmmuuuaaahh" adalah karena wanita memberitahukan bahwa suaminya datang dengan cara berbisik. Dengan cara berbisik seperti itu, pikiran pemuda itu cepat menarik kesimpulan bahwa Ibu Selfi ini sudah ada dalam "jangkauan", sehingga dia berani ucapkan "mmuuaahh". Dengan wanita itu ada dalam "jangkauan" maka dia hanya tinggal merawat komunikasi dan merawat kesan, sesudah itu maka semua akan matang, itulah daalam benak Randy....!!!

Dan... Hanya lima belas menit kemudian sebuah SMS masuk.
"Mmmuuuaaahhh...." itulah isi SMS dari Ibu Selfi.
"Jangan dibalas.."SMS-nya datang lagi.
"Jangan lupa makan...,"SMS-lagi.

Tiga SMS yang masuk dalam rentang waktu 5 menit itu membuat hati pemuda itu terbang ke awan-awan...
Berulang kali SMS-SMS itu dibacanya dengan hati yang membuncah... Bahkan ketika matanya ngantuk berat hendak tidur pada malam harinya SMS-SMS itu masih dibaca lagi...

Esoknya di kampus, jam 10 pagi SMS dari Ibu Selfi masuk...
"Allow...,"sapanya. Hmm, pikir Randy, cara menyapanya telah membuatku yakin. Semua hanya menunggu waktu.
"Hai, honey,"balas Randy dengan berani," lg apa nih? Aku lg di kampus, Bu... tau nggak aku lg ngapain?"
Dia tidak berminat membahas tentang kedatangan suaminya kemarin atau kenapa tadi malam wanita itu tidak sekalipun SMS memberi kabar. Jika itu dia bahas dia yakin wanita itu akan kehilangan selera.
"Oh iya... Aku baru selesai bantu masak nih... Emang kamu lagi ngapain?"tanya Bu Selfi.
"Aku lagi nunggu SMS darimu... He-he,"Randy mulai melangkah maju perlahan.
"Oh iyaaaa? Ma kasih dah menunggu,"balas Ibu Selfi."Emang kenapa nunggu SMSku?"tanyanya kemudian.
"Aku ga mau SMS atau call kamu duluan, sebelum ada SMS atau call-mu,"kata Randy sok memaklumi. "Padahal...dari pagi sampai detik ini dia kangeeeennn...!"lanjut Randy akhirnya. Dia ga lagi memakai "topeng".
Dan...
"Sama. Aku juga kangen...,"balas Ibu Selfi.

Iyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!! Randy menjerit dalam hati. Sekali lagi ia baca isi SMS itu dengan penuh kesenangan....
Lalu SMS-SMS-an berlanjut dengan saling memberitahu. Randy memberitahu bahwa ia suka suaranya yang merdu-manja. Dia suka wanginya yang lembut ketika pertama jumpa dulu. Pemuda itu bilang bahwa dia suka tutur-bahasanya. Dia suka cara dia menunduk dan cara dia tertawa... Dia bilang pada Ibu Selfi bahwa ia suka cara dia mengalihkan pandangan...

Pokoknya pemuda itu tidak pernah menyebut sensualitas dan kebahenolan tubuhnya. Dan wanita itupun senang dengan semua pujian itu...
"Hihihi..gombal!"tukas ibu Selfi kemudian dalam SMS. Tapi buru-buru wanita itu pun mengirim lagi SMS,"and I like it!"
Dan wanita itu bilang bahwa dia suka dan sekaligus benci dengan mata pemuda itu. Dia bilang dia suka dengan cara pemuda itu memandangnya. Dan dia bilang dia suka karena ketika berbicara mata pemuda itu selalu tertuju pada matanya. Ibu Selfi suka dengan SMS lucu Randy yang tidak norak. Ia suka berbagi cerita-cerita dengan pemuda itu. Ia suka dengan keluhan-keluhan khas anak mudanya.
Ketika wanita itu selesai menjelaskan itu semua, Randy mengirim SMS padanya. "Mmmuuaahhh!"
"Mmmuuaahhh!"demikian balasan Ibu Selfi.
"Mmmuahhhhhhhhhhhhhhhhh....1000 kali,"pemuda itu melanjutkan SMSnya. Randy tidak lagi ragu-ragu. Ia kini dengan mantap menyongsong sebuah cerita yang akan dijalaninya.
"Cup-cup-cup-mmmuuaaahhh! Sejuta kali"nampaknya Ibu Selfi pun sudah tidak peduli dunia.
Huhhh, pemuda itu begitu terangsang dengan Ibu Selfi ini. Kontolnya langsung tegang maksimal.
"Hmmm, ma kasih,"dikirimnya SMS dengan sabar.
Lalu ketika dia yakin wanita itu sudah membaca SMS itu, kembali dia kirim lagi SMS,"Mmmuahnya yang sejuta itu di mana aja, Bu?"tanya Randy. Pemuda itu sepenuhnya dikendalikan birahi.
"Maunya di mana sayang?"Ibu Selfi membalas SMS menantang. Ibu Selfi tidak pernah berpikir panjang atau merenungkan semua rangkaian perhubungannya dengan Randy. Ia begitu terpesona dengan gairah muda dalam tubuh anak muda itu. Pemuda itu seperti mengungkit getar-getar masa muda yang pernah dilaluinya dahulu kala. Dan ketika suatu saat ia pernah menyadari, Ibu Selfi hanya tersenyum nakal di depan cermin. Ia hanya memandangi dengan sepenuh perasaan wajah pemuda itu dalam foto di ponselnya. Ibu Selfi dalam kesendiriannya siang itu memandangi foto wajah Randy dengan penuh nafsu-birahi.
Membaca SMS yang masuk itu, kontol Randy hampir muncrat. Lalu dia langsung bergegas ke toilet kampus. Bukan mau onani. Tetapi dia ingin SMS-an dengan Ibu Selfi ini dengan leluasa, tentu saja sambil meremasi kontolnya yang menegang.
“Di leherku…dan..,”Randy mengirim SMS segera dengan kalimat tanggung.
“Muahhh di lehermu…!”balas Ibu Selfi.
“Mmmuuaahh…di lehermu juga,”pemuda itu betul-betul terangsang.
“Owh! Lagi…lagi…,”Ibu Selfi menunjukkan birahinya dalam SMSnya.
“Cup-cup-cup…mmmuuaahhh…di lehermu, pundakmu, dan di bahumu…!”
“I like it dear…more and more…!”.
“Bu Selfi, I want you!”kata Randy tegas dalam SMSnya.
“I want you too, say,”Ibu Selfi membalas SMS.
“Aku ingin memeluk tubuhmu erat sayang…,”SMS Randy makin maju.
Ibu Selfi lalu menelepon. Ketika Randy menjawab call-nya, tanpa menunggu lama wanita itu langsung saja….
“Muah-muah-muah…cup-cup-cup-muah-muah…,”begitulah wanita paruh baya itu melepaskan birahinya pada anak muda itu.
“Muah-muah-muah…oohh-oohh-cup-cup-cup-muah-muah…,”Randy membalas dengan keliaran khas anak muda.
“Hehe…,”Ibu Selfi tertawa renyah-manja hampir seperti rajukan dalam telepon.
Dan pemuda itu langsung mengecupi suara tawanya itu. “Mmuuaahhh…Cup-cup-cup-mmmuuuahhhhhh-mmmuuaahh,”
“Bu Selfi, aku kangen,”suara pemuda itu hampir seperti bisikan.
“Iya aku tahu. Aku juga kangen kamu sayang.,”suara Ibu Selfi mendesah parau.
Lalu telepon-hot yang diwarnai ciuman-ciuman penuh nafsu itu berakhir. Dan mereka menyepakati sesuatu.

“Hihi, masa kamu ajak aku jumpa di mall. Emang aku abg?”Ibu Selfi merajuk manja.
Inilah strategi Randy. Dengan begitu pemuda itu yakin bahwa Ibu Selfi sangat ingin berjumpa di suatu tempat yang privat. Randy memang dengan penuh pertimbangan mengajak Ibu Selfi berjumpa di Citos untuk dilanjutkan nonton bioskop… Dan pemuda itu senang dengan pancingannya!
Mereka akhirnya sepakat berjumpa di Bintaro. Di tempat yang mereka sepakati itu memang pengunjung tidak pernah ramai. Tempat itu memang bukan tempat yang akan sering dikunjungi orang. Orang-orang biasanya akan datang ke situ untuk urusan pembicaraan bisnis yang tertutup tetapi santai.  Juga sering digunakan perempuan atau laki-laki yang iseng kencan dengan sesama teman kerja atau bawahan-atasan. Dan tentu saja tarif makan siang di sana mahal.
Tempat itu memang cukup indah dan asri. Berisi pondok-pondok atau saung-saung di atas danau-danau kecil. Pondok-pondok itu tidak memiliki dinding. Pondok terbuka. Akan tetapi pondok itu juga memiliki semacam tirai bambu yang talinya dapat ditarik untuk membuat tirai tersebut naik-turun sesuai keinginan pengunjung. Pondok-pondok itu terhubung ke restoran utama di sebuah bangunan yang merupakan lobby utama tempat itu dengan semacam jembatan-jembatan kecil. Pondok-pondok di atas danau kecil itu dibangun sangat kokoh sehingga jika terjadi perkelahian sekalipun maka tidak akan menimbulkan getaran sama-sekali. Dan satu lagi, pelayan di situ tidak akan datang jika tidak dipanggil.
Ibu Selfi menghitung dalam hatinya. Jarak antara sekolah ke pondok itu hanya sekitar 30 menit lewat jalan tol. Juga berjarak 30 menit ke rumahnya lewat tol. Jadi ia tidak akan telat jika ia ingin segera pulang atau ingin segera menjemput anaknya.
Mereka janji bertemu di sana hari Jumat tgl 23 Oktober 2009 pukul 09.00 WIB. Hari yang benar-benar pas bagi waktu wanita paruh baya yang sedang birahi itu.

Jadi, hari itu Jumat pagi pukul 07.00 WIB..
“Ma, jangan lupa nanti bayar kartu kredit, cicilan mobil, dan tagihan premi asuransi. Nanti pulang sekolah anak-anak, papa dah janji sama mereka mau ke Teraskota – BSD,”begitulah yang biasanya akan diucapakan suaminya jika memasuki tanggal 23 setiap bulannya.
“Iya pa,”jawab Ibu Selfi yang masih meringkuk dalam tidurnya.

Dan ketika ia mendengar suara pembantu mengunci pagar rumahnya tanda anak-anak dan suaminya telah berangkat, Ibu Selfi pun bangkit dari tidurnya. Dengan getar yang merasuki tubuhnya ia mempersiapkan diri.
Pukul 08.45, Wendu sudah duduk di dalam saung. Ia santai sambil menyeruput juice jeruk pesanannya. Sekali-sekali ia mencomot kentang goreng lalu asyik memencet tombol-tombol mungil di ponselnya. Sepuluh menit lalu ia sudah mengabarkan pada Ibu Selfi bahwa ia sudah di tempat yang disepakati. Ia sudah menitip pesan pada pelayan yang diberinya uang Rp.50,000 agar mengantarkan tamunya ke pondok. Dan Randy sudah memberitahukan kepada Ibu Selfi agar mencari pelayan itu jika sudah sampai.
“Ping!”
“5 menit lagi aku sampai,”itu adalah BBM dari Ibu Selfi.
Dan ketika tirai di pintu tersingkap, Randy akhirnya melihat sesosok wanita berkaca-mata hitam. Randy membaca senyumnya, lalu berdiri meraih tangan Ibu Selfi dan dengan ringan membimbingnya duduk di bantal gepeng yang ada di lantai pondok. Setiap pondok itu memang di lengkapi bantal sebagai alas duduk.
Merak tidak lagi bergetar, tetapi bergemuruh… Akan tetapi dengan mantap Randy bertanya…
“Pesan makanan apa  kita,Bu?”
Maka seketika gemuruh di dada Ibu Selfi lenyap. Ia sejenak kagum, lalu dengan renyah ia berbicara sambil melepaskan kaca-mata hitamnya dan merapihkan rambutnya… Randy memandangi wanita di depannya dengan takjub… Ibu Selfi berbicara sambil membaca menu, sementara Randy mendengar dan menulis… Ibu Selfi memesan sejumlah makanan yang banyak yang mereka yakin tidak akan di makan… Tetapi Ibu Selfi yakin dengan pesanan itu, pemilik tempat akan senang dan akan membiarkan mereka berlama-lama di dalam pondok… Selama menunggu pesanan Randy tidak pernah melepaskan genggaman dari jemari Ibu Selfi.. Ia meremasnya perlahan… Pemuda itu melontarkan rayuan yang tidak ada dalam kamus abg-abg, juga tidak ada dalam dialog sinetron… Ia melontarkan rayuan kepada wanita terhormat… Ibu Selfi duduk membelakangi dinding terpisah meja kecil dari pemuda di depannya…
Ibu Selfi memandangi pemuda tampan di depannya dengan tatapan manja… Lelaki ini bertubuh bagus pikirnya… Saat ini ia begitu menikmati dipandangi oleh mata pemuda yang ada di depannya ini… Ia juga menikmati remasan-remasan kecil tangan mereka… kadang ia mencubit kecil di jari-jari Randy… Dan menikmati ketika jari telunjuk Randy dengan nakal menelusuri batang tangannya, dari punggung tangan hingga ke sambungan sikunya… Dan ketika aksi kecil itu berlangsung mata mereka saling pandang dan bibir tersenyum aneh…
Dalam dada Randy begitu bergelora… Betapa tidak? Ibu yang ada di depannya ini datang dengan rok ketat yang mencetak pinggul dan pantatnya yang besar… Roknya sedikit di bawah lutut tetapi hal itu sudah membuat seluruh batang kaki Ibu Selfi yang mulus dan sekal terpampang ketika ia duduk… Di bagian atas, Ibu Selfi ini hanya memakai blazer coklat tanpa apa-apa lagi di dalam kecuali BH… Sehingga Randy bisa langsung menikmati belahan dada besar yang menggunduk itu… Dan ketika pelayan datang dan selesai menunaikan tugas-tugasnya, Randy langsung bergerak dan berpindah duduk di damping wanita paruh baya itu…
Ibu Selfi bergerak menghadapkan wajahnya pada laki-laki muda di sebelahnya. Matanya nanar… Tangan pemuda itu langsung bergerak merangkul pundak Ibu Selfi… Ia meremas pundak itu dan merapatkan tubuhnya denga ketat… Tangan kekar Randy mengarahkan tubuh Ibu Selfi padanya, lalu akhirnya wajah wanita yang menunduk itu diraihnya dengan mulutnya… Ia mencium lembut di mulut Ibu Selfi… Lalu ia menciumi mulut Ibu Selfi lagi… Lagi dan lagi… Ia kini menghisap bibir itu…melumatnya.. Dengan reaksi yang panas Ibu Selfi merangkul leher Randy. Mengarahkan tubuhnya, lalu Ibu Selfi merangkul sepenuhnya tubuh muda di sampingya dan menikmati ciuman-ciuman dan lumatan-lumatan dari pemuda itu… Mereka saling lumat dengan rakus… Memutar-mutar kepala untuk memenuhi mulut mereka dengan bibir pasangannya…
“Ohh..,”akhirnya Ibu Selfi merintih bagai kucing ketika tangan Randy bergerak meremas dadanya. Ibu Selfi menegakkan tubuhnya, dan dengan begitu ia bisa mencipoki mulut Randy dan juga menikamti dadanya di remas-remas. Mereka menggeliat penuh nafsu. Rok Ibu Selfi tersingkap tidak karuan jadinya.
Tangan kiri Ibu Selfi bergerak memasuki kemeja Randy. Ia meremas dada Randy yang hangat. Tangan kanan Randy bergerak membuka kancing blazer. Lalu Randy akhirnya merasakan BH Ibu Selfi di telapaknya. Dada itu besar. Ia meremas dada itu dari luar BH..
“Okhh,”Ibu Selfi kembali merintih. Randy begitu antusias merasakan dada yang besar itu. Tetapi ia tetap dengan lembut meremasnya sambil dengan buas mencipoki mulut Ibu Selfi. Birahinya makin tinggi ketika Randy merasa puting susunya di usap-usap telapak tangan kiri Ibu Selfi.
“Akh,sayang..”erang Randy perlahan ketika puting susunya di jepit jari-jari tangan Ibu Selfi.
Ibu Selfi menarik mulutnya dari bibir Randy. “Suka sayang?”tanya Ibu Selfi manja pada pemuda di depannya. Ia tetap menjepiti puting susu Randy perlahan. Wajah mereka begitu dekat. Ibu Selfi begitu suka melihat ekspresi darah muda di depannya ini ketika terangsang oleh aksinya. “Hmm, suka?”bisiknya perlahan.
Randy menatap bibir yang bertanya itu. Lalu melumatnya lagi... Lalu tangan kanannya bergerak ke bawah… Bibirnya mengulum dengan dalam ketika ia menempatkan tangannya di paha sekal Ibu Selfi yang sudah terbuka. Ia merabainya dengan halus… Meremas paha Ibu Selfi yang mulus itu…
“Akh,ahh, sayang,..,”erang Ibu Sefli lirih ketika merasa tangan pemuda itu merams pahanya makin dalam ke pangkal pahanya. Ia mengatur duduknya sehingga ia dapat melebarkan pahanya… Dan..
“Akh,ahh,ahh,ahh..sayang,…akh..,”Ibu Selfi mengerang ketika ia merasa celana dalamya di remasi oleh pemuda itu. Ibu Selfi mengangkat sedikit badannya, lalu dengan sigap ia menarik roknya ke atas… Kini tubuh bagian bawahnya sudah terbuka sama sekali… Ia tidak lagi mencium pemuda itu.. Kepalanya kini telah bersandar di bahu pemuda itu… Pemuda itu meraih rambutnya yang lebat, lalu menggulung rambut itu… Sementara telapaknya menggeseki memek Ibu Selfi dari luar celana dalam… Lalu Randy berbisik penuh birahi di telinga Ibu Selfi…
“Sayang, hoh,”bisik Randy. Lalu seketika ia menjilati leher putih mulus Ibu Selfi. Bibirnya dan lidahnya bergerak lembut di leher dan telingan Ibu Selfi… Ibu Selfi dilanda nafsu birahi… Ia menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan mengitkuti irama telapak tangan Randy yang menggeseki memeknya. “Okh,hoh…hoh…ohhh,”nafas Ibu Selfi makin hangat memburu…
Lalu ia merasa blazernya disingkap sebelah, dan nafsu seksnya makin menuntut ketika ia merasa bibir pemuda itu telah menciumi dan menjilati pundaknya yang terbuka… Tangan pemuda itu berpindah dari celana dalamnya… Ia merasa tangan pemuda itu membantu bibir pemuda itu meremasi pundaknya… Lalu ia merasa tali BH-nya diturunkan… Pundaknya yang terbuka kini polos, dan diremasi, dikecupi, diciumi, dan dijilati dengan penuh nafsu oleh anak muda itu…

Randy lalu bergerak menggeser meja… Lalu dengan tenang ia menghadapkan wajah Ibu Selfi ke wajahnya… Mereka saling pandang dengan mata redup… Tangan Randy bergerak ke belakang kepala Ibu Selfi… Ia menggulung rambut Ibu Selfi yang lebat itu dan mengikatnya dengan pengikat rambut… Lalu perlahan wajahnya mendekati wajah Ibu Selfi… Randy mengecup mata Ibu Selfi… Kiri dan kanan…
Dan ketika mata itu terpejam, Randy langsung mencium lembut bibir ranum Ibu Selfi… Mencucupi perlahan… Ibu Selfi begitu menikmati perlakuan itu.. Kembali Randy mencium lembut, dan kali ini mulutnya terbuka menelan bibir Ibu Selfi… Mengulumnya… Melumatnya… Randy menjilati bibir Ibu Selfi dengan penuh nafsu…
Dan ketika tangan Randy bergerak ke dada, Ibu Selfi lagsung bereaksi dengan balas melumat bibir Randy… Ibu Selfi memutar kepalanya dan meraih belakang kepala Randy dengan tangan lalu Ibu Selfi dengan liar menguasai aksi cipokan-mencipok itu…
Seluruh kancing kemeja Randy telah lepas. Begitu juga dengan kancing blazer Ibu Selfi…
“Ohh, akh…ahhh…,”erang Ibu selfi kembali ketika tangan Randy kembali meraba pahanya dan juga celana dalamnya… Ia melepaskan bibirnya lalu menegakkan badan menengadah menahan nikmatnya remasan pemuda ini di memeknya…
“Ohh…,”ia makin mendesah. Dan ketika ia menengadah mendesah itulah Randy menunduk lalu mencium gundukan di atas dada Ibu Selfi…
“Ohh…,”erang Ibu Selfi.. Pemuda itu mencimui dan menjilati gundukan yang membusung di atas buah dada Ibu Selfi. Dan akhirnya tangan Randy mengeluarkan tetek yang besar itu dari BH… Seketika Ibu Selfi menurunkan wajah… Dan matanya pun menyaksikan mulut pemuda itu akhirnya menelan puting susunya…
“Hah…sayang…hah…sayang..hah,”hanya itu desah Ibu Selfi. Ia merasakan bibir dan gigi pemuda itu mengusik-usik puting susunya. Ia mendesah sambil menyaksikan aksi pemuda itu menciumi teteknya yang besar. Secara naluri tangannya bergerak meremas lembut rambut pemuda itu.
“Oohhh sayang…oh sayang…,”bisiknya. Pemuda itu dengan lembut menciumi tetek Ibu Selfi yang besar. Tangan Randy meremasi pangkal tetek itu ketika ia dengan penuh nafsu mengemuti tetek Ibu Selfi.  Dan…
“Okhhh…ohhh….mmuah…ohhh sayang…ohhh sayang…ohhh,”tak kuasa akhirnya bibir Ibu Selfi bergerak mencium telinga Randy. Ibu Selfi membisikkan nafsunya ke telinga Randy, dan pemuda itu makin liar melumat puting susu Ibu Selfi.
“Ohhh sayang…ohhh…ohh…,”erangan berbisik Ibu Selfi memenuhi pondok itu.
Lalu tangan kanan Randy bergerak meremas pinggul besar Ibu Selfi… Meremasi pantat yang besar bahenol itu… Tangan kiri Randy juga bergerak… Pemuda itu betul-betul ingin merangsang sampai habis nafsu Ibu Selfi… Tangan kirinya menggesek celana dalam Ibu Selfi… Tangan kanan dan kirinya, dan juga mulutnya merayapi bagian paling merangsang bagi Ibu Selfi… Dan itu membuat Ibu Selfi menggeliat-geliat bagai cacing… Darah muda Randy betul-betul membuat Ibu Selfi bergelora panuh nafsu seks… Lalu…
“Akh sayang, oh sayang…oh…sayang…oh sayang..ahhh…ahh…ohhh sayang…ohhh…,”suara Ibu Selfi akhirnya terus menerus mengerang bagai kucing ketika jari-jari Randy menusuk-nusuk lobang memeknya…. Jari itu menusuk dan menggeseki lobang memeknya membuat Ibu Selfi hanya mampu mebisikkan erangan di telinga Randy…. Sesekali di sela erangannya Ibu Selfi menciumi teinga dan leher Randy…
“Ohhh sayang…oh sayang…oh sayang..hoh sayang…,”Ibu Selfi hanya mengerang sementara Randy bagai bisu menikmati seluruh tubuh wanita paruh baya itu.
Kemudian Ibu Selfi merasa jemarinya di genggam dan di arahkan…  Tangan Randy meraih jemari Ibu Selfi, lalu Ibu Selfi merasa jemarinya menyentuh kontol pemuda itu. Nafsu seks yang berkobar membuat jemari Ibu Selfi meremas kontol itu dengan gemas. Ibu Selfi meremas kontol Randy dari luar celana jeans pemuda itu.
Ibu Selfi makin bernafsu dan ia menengadah karena birahinya…. Ia telah meremas kontol anak muda yang panas ini… Kontol muda itu memenuhi hayal seksualnya saat itu… Dan ia merasakan kontol pemuda itu besar dan panjang… Dan ketegangan kontol itu mengeras memancing birahinya makin panas…
Ibu Selfi akhirnya dengan antusias membuka ikat pinggang, dan lalu retsleting celana jeans Randy… Jemarinya langsung menyelusup ke dalam celana dalam Randy… Telapak tangan Ibu Selfi merasakan kehangatan kontol pemuda itu… Kontol itu sungguh tegang dank keras… Ia meraih seluruhnya dan akhirnya mengetahui kontol itu memang besar dan panjang…
“Hohh sayang…,”bisiknya di telinga Randy…
Lalu Randy menarik wajahnya dari tetek Ibu Selfi..Ia menatap mata Ibu Selfi yang nanar… Mereka saling pandang…Lalu merekapun berciuman lagi… Mereka saling cium dengan penuh kelembutan sementara tangan mereka menggesek memek dan mengocok kontol… Ibu Selfi mengocok kontol Randy dengan lembut ketika pemuda itu menciumi bibirnya…  Randy merasakan nafsunya melayang-layang ketika jemari Ibu Selfi mengocok-ngocok kontolnya… Ia pun menengadah…
“Oh sayang…oh bu…oh sayang…oh sayang…oh Bu Selfi..oh Bu Selfi…ohhh bu ohhhh…,”Randy mengerang kenikmatan.
Ibu Selfi merapatkan bibirnya ke leher pemuda itu dan menciuminya, lalu berbisk,”enak sayang?”Ibu Selfi membisiki telinga Randy sementara tangannya mengocoki kontol Randy…
“Okhhh enak bu…oh kocok bu…ohhhh enak bu…kocok bu…ohhh,”erangan Randy.
Dan Ibu Selfi begitu terangsang melihat ekspresi darah muda ini. Ibu Selfi terus mengocok kontol itu dengan lembut…Ibu Selfi dapat merasakan kontol itu betul-betul maksimal kerasnya di telapaknya… Ibu Selfi begitu suka mengocok kontol muda ini… Apalagi kiontol ini besar dan panjang… Ibu Selfi memandangi kontol itu penuh nafsu…
Akhirnya karena nafsu yang makin menggelegak, Ibu Selfi lalu menyudahi kocokannya, dengan kedua tangannya ia meraih belakang kepala Randy lalu melumati bibir pemuda itu. Lalu ia beringsut, dan…Ibu Selfi akhirnya duduk mengangkangi Randy… Ia duduk di pangkuan pemuda itu sementara mereka saling cipok. Ibu Selfi makin merapatkan painggulnya… Lalu akhirnya ia merasakan memeknya yang masih terbungkus celana dalam itu menekan kontol Randy… Seketika ia menggenjoti Randy dan menggeseki kontol Randy dengan memeknya…
“Ohhh…ohhh…ohhh…ohhh sayang…ohh enaknya sayang..,”erang Ibu Selfi bagai kucing.”Oh sayang..oh enaknya sayang…ohhh gesekin sayang…ohhh enaknya…oh sayang enak sayang…oh sayang…okh…enaknya…ohh sayang enak banget sayang…ahhh sayang enak banget gini sayang…ohhh,”
Wajahnya Ibu Selfi menengadah…Tangan Ibu Selfi bertumpu di pundak Randy…dan dengan cara seperti itu ia terus menggeseki memeknya ke kontol Randy. Ia menggenjoti, memompa, dan menggagahi pemuda itu. Walau mereka masing memakai celana dalam mereka nampaknya merasa gesekan-gesekan itu sungguh nikmat…
Randy begitu antusias merasakan nafsu ibu paruh baya itu. Ia dalam hati tidak menyangka seorang wanita berumur 40-an bisa memiliki nafsu begini rupa. Dan birahinya semakin tersulut begitu mengetahui memek Ibu Selfi dan kontolnya telah saling menggesek… Walau masih dihalangi celana dalam masing-masing… Ia merasakan memek itu begitu empuk…begitu tebal…, dan begitu enak digeseki dengan kontolnya.. Pemuda itu meraba dan meremas seluruh tubuh Ibu Selfi yang bias dijangkauanya. Ia meremasi pantat Ibu Selfi Yang bahenol…Pemuda itu meremasi pinggul besar-mulus Ibu Selfi…dan mulutnya tak henti mengenyoti tetek Ibu Selfi yang besar…
Mereka betul-betul dilanda nafsu syahwat yang membara… Pemandangan itu sungguh begitu mesum… Seorang paruh baya sedang duduk mengangkangi seorang pemuda muda di sebuah pondok dan menggenjoti pemuda itu dengan nafsu yang panas serta nafas yang memburu… Pinggul dan pinggang mereka menjadi pusat dari aksi yang penuh birahi itu…
“Ohhh sayang enak banget rasanya memek ibu ohhhh sayang…,”bisik Ibu Selfi di telinga Randy.,”Ohh sayang gesek terus memekku sayang oh…Ohh, Randy kontolmu keras dan tegang banget sayang..okhhh enaknya sayang…,”Ibu Selfi terus mengerang di telinga Randy.
“Okhhh Ibu Selfi, kontolku juga enak banget digesek gini..oh bu oh pantatmu seksi bu oh pinggulmu padat banget bu…oh…bu enak bu…ok enaknya bu kontolku…oh geseki kontolku bu..,”
“Okhh iya sayangku ohhh aku suka kontolmu…kontolmu keras say..,”bisik Ibu Selfi sambil menjilat kuping Randy.
Randy yang memiliki darah muda itu akhirnya tak kuasa hanya saling gesek begitu. Lalu tangannya bergerak, ia mencoba menarik celana dalam Ibu Selfi ke samping agar ia dapat mengentoti Ibu Selfi di pondok itu. ,”okhhh Ibu Selfi sayang…oh enak bu,’desahnya sambil berusaha makin menarik celana dalam Ibu Selfi…Dan ketika ia merasa celana dalam itu telah cukup terbuka lebar ke samping, ia pun mengarahkan kontolnya… Ia merasakan kontolnya bertemu dengan jembut yang lebat dan daging yang tebal…,”Okhhh bu, “desahnya ketika kontol itu menempeli memek Ibu Selfi.
“Okhhh sayang…akhhh Randy jangan…,”Ibu Selfi menarik pantatnya menjauhi pinggang Randy. Lalu kedua telapak tangannya memegang erat pipi Randy dan menciumi mulut pemuda itu dengan lliar. Nafasnya memburu…
“Ohhh sayang, jangan, ga boleh sayang..,”bisik Ibu Selfi di telinga Randy. Pantatnya masih menjauh…tapi ia memeluk kepala pemuda itu di dadanya. Nafas mereka masih menderu-deru.
“Kenapa bu,”akhirnya Randy menarik kepalanya dan memandangi Ibu Selfi.
“Ga bisa sayang…,”bisiknya lalu kembali menjilati mulut Randy,”…ga bisa sayang…ga boleh disini…masa begituan di sini…,”
“Di mana bu,”suara Randy serak. Ia nampak kaku.
“Di tempat tidurlah sayang. Masa di tempat seperti ini”bisik Ibu Selfi. Randy menatap Ibu Selfi, kemudian ia lumat bibir ibu paruh baya itu. Ia remas pantat yang semok itu. Ibu Selfi menimati.
“Kita ke rumahku, bu?”bisik Randy. Ibu Selfi dengan tatapan tenang dan dewasa menatap pemuda itu, ia tersenyum.
“Iya sayang, tapi jangan sekarang, nggak hari ini…,”Ibu Selfi berkata pelan. Randy menatap mata Ibu Selfi penuh selidik. Hatinya begitu galau, takut wanita ini kabur darinya atau berubah pikiran. Tetapi Ibu Selfi lebih berpengalaman dari Randy, ia langsung tahu ini hati pemuda itu. Dengan gerakan ringan ia memagut mulut pemuda itu dan merapatkan selangkangannya ke selangklangan pemuda itu. Ketika ia merasa memeknya telah bertemu kontol Randy, ciumannya makin liar dan sejenak ia geseki kembali kontol itu dengan memeknya…
“Apa kamu masih ragu setelah kita sudah begini…,”bisik Ibu Selfi di telinga. Ia pandangi mulut dan mata anak muda itu. Ia masih menggeseki kontol pemuda itu…,”hhmmmhh sayang…kamu masih ragu…,”bisiknya. Ia tersenyum nakal lalu menjulurkan lidahnya ke mulut Randy…,”jilat say…,”pinta Ibu Selfi. Randy dengan antusisa kembali bersemangat. Ia menyambut lidah sekdi yang terjulur itu. Ia menjilati lidah itu dengan lidahnya… Lama mereka bermain lidah… Lalu akhirnya Ibu Selfi memeluk kepala Randy ke dadanya. Lalu ia tarik kepala itu agar memandangnya…
“Say..,”bisiknya Ibu Selfi penuh desahan.
“Iya sayaang…,”Randy membalas.
“Kamu harus tanggung jawab…,”bisik Ibu Selfi. Ia mencium titpis bibir pemuda itu. Dahi mereka saling bertemu.Bibir dan hidung mereka hanya bersentuhan tipis. Ibu Selfi masih mengangkani pinggang Randy…’”kamu harus tanggung jawab say…aku pengen ngentot sama kamu…kamu harus cari cara dan waktu yang tepat…kamu harus tanggung jawab…,”ibu Selfi meraih ke bawah. Ia meraih kontol Randy dan meremasnya gemas…,”aku pengen dientot,”desahnya. Ia menjilati tipis mulut pemuda itu…,”tetapi ibu tidak mau di tempat-tempat seperti ini…,”
Akhirnya, dalam hatinya Randy memutuskan bahwa hari ini hanya sebatas ini. Dan ia pun tidak ingin terlihat seperti orang yang mementingkan diri sendiri…Jadi ia meremasi tetek Ibu Selfi dengan lembut…ia menciumi lembut leher mulus dan jenjang itu…lalu berbisik…,”Hhhmmhh, iya sayang…mmmuuahhh…mmmuuuahh…,”




Beberapa saat kemudian waktu telah menunjukkan pukul 12.35 WIB…mereka sudah rapi dan hendak bergegas meninggalkan tempat itu. Mereka berdiri dalam ruangan itu…ketika mereka hendak melangkah keluar, Randy meraih pinggul besar Ibu Selfi lalu menciumi kembali mulut wanita itu…Ibu Selfi membalas tak kalah liar… Setelah nafas mereka sesak, Randy berbisk,”Bu, boleh aku kasih cupangan merah di badan ibu,”bisik Randy dengan malu tetapi penuh tatapan birahi. Ibu Selfi tersenyum manja. Ia dalam hati kagum…selama pergumulan tadi Randy memang tidak membuat tubuhnya bercupang merah. Padahal ia tidak mengingatkan.
“Di mana sayang,”bisiknya. Ibu Selfi bersandar manja di tubuh anak muda itu.
Lalu Randy jongkok di bawah. Ia menaikkan rok ketat Ibu Selfi… Dan terpangpanglah selangkangan dan paha mulus Ibu Selfi… Randy menelan ludah… Celana dalam itu begitu seksi, memek yang membusung, pikir Randy. Randy mendekatkan bibirnya, Ibu Selfi dengan senang melihat aksi anak muda itu… Dan lalu... “hhhmmm-muah-muah…,”sejenak ia ciumi celana dalam Ibu Selfi, lalu..”cuppppppppp…,”Randy mendaratkan sebuah sedotan panjang persis di pangkal paha bagian dalam Ibu Selfi… Ibu Selfi kegelian dan juga senang… Dan cupangan merah menyala terlihat sangat jelas di pangkal paha mulus dan montok Ibu Selfi.

Mereka berpisah dengan kenangan yang sangat indah dan membekas di hati masing-masing…
Dan dalam hati mereka masing-masing mereka siap menyambut pertemuan yang tidak akan lama lagi… Mereka sama-sama yakin…!

Beberapa hari kemudian Ibu Selfi terlihat menyusuri jalan di komplek perumahan itu. Di komplek perumahan itulah Randy tinggal… Kadang ia terlihat pagi-pagi, kadang siang, kadang sore, dan kadang malam jam sekitar jam 08.00 – 09.00 WIB… Ia meneliti komplek perumahan itu hanya untuk mengambil keputusan, apakah ia yang akan datang ke rumah Randy atau Randy yang ia suruh datang ke ruamahnya… Pikiran dan hati Ibu Selfi ini memang sedang galau dipenuhi bayangan birahi panas anak muda yang beberapa hari lalu menggelutinya… Dan tubuhnya sedang menuntut penuntasan… Beberapa hari kemudian ia sudah menentukan saat yang tepat… Waktu dan kondisi memang telah tanpa sengaja mendukung niat dua insan yang sedang birahi…
Malam itu jam delapan malam di sebuah rumah yang mewah…
“Ma, kamis depan papa ke Halmahera Barat meninjau lokasi pertambangan. Papa pergi bertiga dengan staff penelitian. Tadi anak-anak bilang mereka mau ikut, sekalian mau lihat-lihat dan mau tahu daerah tambang itu sepertii apa. Gimana ma?”tanya Pak Untarto pada istrinya, Ibu Selfi.
“Lha, kalau emang anak-anak yang mau iya ngga apa pah. Tapi rekan kerja papa gimana, apa anak-anak nggak mengganggu nantinya?”
“Kebetulan mereka juga pada bawa anak-anak juga,”
“Iya, baguslah kalau gitu pah.”
Jadi begitulah keadaan mendukung semua itu…
Dan begitulah, pada Kamis pagi itu, di hari berangkatnya suami Ibu Selfi dan anak-anaknya ke Halmahera Barat, Randy mendapat sms dari Ibu Selfi..
“Sayang, aku sangat rindu,”itulah isi sms Ibu Selfi yang terbaca di ponsel Randy.
“Aku juga sayang. Aku sangat merindukanmu…,”balas Randy.
“:Ntar malam aku ke rumahmu!”
Dug! Itulah yang dirasakan Randy bergemuruh di dadanya… Dan entah kenapa kontolnya langsung tegang saja…
Dan Randy pun langsung menelepon ibu paruh baya itu…
Malam itu pukul 19.30 WIB, dengan gaun terusan berwarna hijau berdada rendah, Ibu Selfi turun dari mobil yang ia parkir di depan rumah Randy. Pagar rumah yang tinggi menutupi pemandangan itu dari tetangga sekitarnya.
Sampai di dalam rumah, Randy yang bercelana pendek saja serta bertelanjang dada langsung merangkul tubuh semok Ibu Selfi. Ia menciumi Ibu selfi di bibirnya. Ciuman yang panas lagi buas. Bahkan suara sedotan dan lumatan bibir mereka mengeluarkan suara yang keras. Tangan Ibu Selfi yang seketika bersentuhan dengan kulit tubuh Randy langsung terangsang… Ia mendekap erat pemuda itu ke tubuhnya.
Dan akhirnya pemuda itu langsung menarik tubuh bongsor dan bahenol Ibu Selfi menuju kamar tidurnya… Geliatan tubuh dan lumatan yang penuh getar birahi membuat tubuh mereka terhempas ke ranjang… Randy menindih wanita setengah baya itu di tempat tidur… Ia meremasi dan meraba seluruh bagian tubuh Ibu Selfi…
“Okh sayang…,”desah Ibu Selfi ketika mulut pemuda itu merangsek ke dadanya.
Tangan Randy dengan liar membuka gaun bagian atas Ibu Selfi, ia membuka BH Ibu Selfi sehingga dada wanita itu sepenuhnya telanjang… Mulutnya langsung bergerak menjilati tetek Ibu Selfi yang besar, mengemut puting susu Ibu Selfi, dan semua itu begitu merangsang birahi Ibu Selfi.
“Okh sayanag…jilatin susuku…emut susuku sayang…,”erang Ibu Selfi…
“Oh Bu Selfi besarnya susumu ini…oh aku suka susumu Bu,”desah Randy..
“Jilatin semua sayang…hisapin semua susuku sayang…,”
Randy dengan rakus menjilati, menciumi, mengemuti, dan menghisap susu besar Ibu Selfi. Ia melakukan semua itu dengan nafsu yang menggelegak dan nampaknya ia tidak lagi peduli apakah ciumannya itu meninggalkan cupangan merah di seluruh permukaan susu Ibu Selfi. Pemuda itu begitu terangsang dengan bahenolnya tubuh wanita paruh baya yang sedang digelutinya itu. Ia dipenuhi nafsu syahwat… Tangannya lalu bergerak meraba ke paha mulus Ibu Selfi… Ia menyingkap gaun Ibu Selfi… Dan ketika ia merasa telapaknya telah bertemu, ia menggeseki celana dalam itu…
Ibu Selfi begitu terbuai dengan aksi anak muda yang sedang menggeluti tubuhnya. Ia begitu merasa di damba dan dirundukan. Dan ia dengan sepenuh nafsu membalas semua aksi pemuda itu… Ia mengerang bagai kucing… Ia menunjukkan nafsunya yang besar di hadapan anak muda itu… Ia pun dengan penuh naluri menggerakkan tangannya meraih kontol pemuda itu… Kontol yang besar dan panjang… Kontol yang dirasanya saat ini begitu tegang dan keras…
“Okh sayang…aku suka kontolmu ini…,”erangnya sambil meremas kontol Randy.,”Okh…buka celanamu sayang….aku pengen kontolmu…,”desahnya di telinga Randy.
Randy lalau bangun duduk dan membuka seluruh pakaiannya… Ia telah telanjang bulat…
“Okh…,”Ibu Selfi mendesah ketika ia menatap tubuh bugil anak muda di depannya.”Ohh sayang, besarnya kontolmu itu…oh sayang aku suka kontolmu…kontolmu besar dan panjang…,”wajah Ibu Selfi benar-benar berwarna gelap tanda birahi memandangi kontol muda itu..,”Ohh sayang….coba kocok kontolmu sayang….,”pinta Ibuu Selfi
Randy bergerak menciumi mulut Ibu Selfi. Ia melengkungkan tubuhnya, dan dengan begitu ia pun mengocok sendiri kontolnya… Tangannya mengocok kontol sementara mulutnya melumati bibir Ibu Selfi…
“Ohh sayang…aku ga tahan,”Randy akhirnya mengerang… Lalu ia bergerak menelanjangi wanita setengah baya itu… Kini tubuh wanita paruh baya itu telah bugil… Ibu Selfi bugil di atas tempat tidur milik anak muda yang siap menggelutinya… Randy akhirnya melihat memek itu… Memek Ibu Selfi ini benar-benar montok menggembung, pikir Randy dalam hati… Memek yang enak dientoti pikirnya… Dan jembut lebat yang memenuhi permukaan memek itu makin membuat nafsunya memuncak…
“Oh bu memekmu…,”desahnya lalu mulut Randy bergerak mencium memek tebal itu. Dan pada saat yang sama Ibu Selfi mengangkat pinggulnya menyambut mulut pemuda itu…
“Jilat say..,”ucap Ibu Selfi…
Randy akhirnya menciumi memek montok Ibu Selfi. Memek yang sudah dibenaknya sejak berdua di pondok itu. Ia melahap bibir memek itu. Membuat Ibu Selfi menggeliat bagai cacing… “Ohh sayang…,”desah Ibu Selfi penuh nafsu.. “Oohh.. enaknya sayang…ohhh,” Ibu Selfi merintih-rintih saat lidah Randy merayapi memeknya. Ibu Selfi kadang mengangkat-angkat pinggulnya untuk turut menggeseki mulut yang menempeli selangkangannya. Tangannya mendesakkan kepala pemuda itu agar lebih menempeli memeknya yang gatal
Randy begitu senang akhirnya bisa menguasai memek ibu paruh baya yang memang sudah diinginkannya itu. Lidahnya bergetar, meliuk, dan menusuki setiap celah memek itu. Tanggannya turut memberikan remasan di pinggul yang besar itu. Kadang ia menusukkan lidahnya sedalam yang ia bisa di lubang memek Ibu Selfi…
“Ohkk…tusuk lobang memekku sayang…hhh…ohh enaknya lidahmu…ohhh terus sayang…masukkan lagi lidahmu ke dalam memekku…akkkhhhh…akhhh…oh sayang…enaknya..ohh sayang…ohhh jilatin memekku sayang…ohhh jilat sayang…ohhh sayang…enaknya lidahmu…ohhh,”begitulah desahan penuh syahwat Ibu Selfi memenuhu kamar itu.
Pemandangan itu memang terlihat sangat mesum. Seorang anak muda dengan penuh nafsu menggumuli tubuh telanjang wanita setengah baya yang sedang bugil di bawahnya. Dua insan berbeda usia yang sangat jauh  saling mengejar syahwatnya di kamar itu..
Kaki Ibu Selfi yang panjang mengangkangi tubuh telanjang pemuda yang sedang menggumulinya. Ia begitu suka dengan nafsu muda yang mendesakinya. Dan itu membuat memeknya sangat gatal sehingga ia merasa keenakan ketika memek gatalnya terus digeseki lidah dan mulut pemuda itu.
“Okhhh sayang…enaknya memekku dijilatin seperti itu, “desahnya.
Dan Randy merasa ia jantan ketika pikirannya membayangkan diri sendiri menggeluti tubuh bahenol Ibu Selfi…
Akhirnya tangan Ibu Selfi bergerak menarik kepala Randy… Ia meraih kepala itu lalu menciumi mulut Randy… Randy balas melumat dan tangannya meremasi susu besar Ibu Selfi…
“Ohhh sayang entot aku sekarang. Ibu udah ngga sabar pengen ngentot,”bisik Ibu Selfi di telinga Randy.   Randy lalu bangkit… Ia menempatkan diri dengan sempurna di tengah-tengah kangkangan kaki-kaki Ibu Selfi… Sejenak ia angkat kaki kiri Ibu Selfi lalu menciumi betil sekal dan mulus itu…Sementara tangan kananya mengocoki kontolnya… Randy melakukan itu semua sekitar dua menit…
Lalu akhirnya ia menunduk… Ia memegang batang kontolnya yang panjang besar itu lalu mengarahkannya ke lobang memek Ibu Selfi… Ia mendorongnya perlahan seraya bergerak menindih tubuh Ibu Selfi…
“Okkhhhh sayang….ohhh,”desah Ibu Selfi ketika ia merasa kontol besar pemuda itu telah memasuki lobang memeknya. Kegatalan dalam memeknya makin menjadi.”Okhh sayang…ohhh besarnya kontolmu sayangh…,”erangan Ibu Selfi tak terbending lagi…
Randy hanya mendorong pelan. Ketika ia merasa kontolnya sudah masuk sedikit, ia mengatur posisi lagi. Lalu ia menindih tubuh Ibu Selfi semakain rapat. Mulutnya mencari mulut Ibu Selfi. Ibu Selfi menyambut mulut itu dan melumatnya. Ibu Selfi menempatkan kedua tangannnya merangkul leher Randy…
‘”Ohh enaknya Bu,”hanya itu desahan Randy. Lalu ia mendorong lagi.. Kontol itu pun masuk makin dalam…
“Ohh sayang enaknya….oh tekan lagi sayang…,”Ibu Selfi begitu menikmati ketika kontol besar itu perlahan memasuki lobang memeknya makin dalam. “Okhh Sayang…besarnya kontolmu…ohhh dalemin lagi sayang…ohhh sayang enaknya…,”Ibu Selfi benar-benar dipenuhi nafsu seks ketika kontol pemuda itu menusuk makin dalam. Ia menggerakkan kedua kakinya ke pinggul Randy..Ia menjepit pinggul pemuda itu…
Randy menarik sejenak kontolnya... Lalu,”Ohhh bu enaknya…,”desahnya kemudian sambil mendorong kontolnya masuk makin dalam.
“Nggghhaahh…,”desahan Ibu Selfi makin lirih ketika akhirnya ia merasakan kontol itu telah masuk seluruhnya ke dalam memeknya… ,”Okkhhh sayang..enaknya sayang…ohhh dalam banget sayang…oh sayang panjangnya kontolmu….okhhh…hhhaaahhh…akhh…enaknya sayang…kontolmu dalam banget sampai masuk ke rahimku sayang….ohhhh sayangg…entoti aku sayang…ohhh entot memekku ohhh…enaknya kontolmu ini sayang…,”Ibu Selfi berbisik lirih di telinga Randy.
“Ohhh bu kontol ku juga keeanakan bu…ohh bu memekmu enak bu…oh aku sanagt bernafsu menggumulimu bu…ohhh aku nafsu sama tubuhmu yang bahenol ini bu…ohh,”balas Randy di tengah entotannya.
Randy dengan sepenuh rasa mengentoti ibu paruh baya itu. Ia menggerakkan pinggulnya dengan teratur. Ia memompa dan menggenjoti wanita paruh baya yang sedang birahi itu.
“Ohh sayang…aku suka ngentot sama kamu sayang…oh Ibu suka kontolmu yang besar dan panjang ini…okkhhh pompa terus aku… ohhh tusuki memekku…ohhh Randy sayang terus entoti memekku..ohhh..sayang…,”Ibu Selfi mendesah-desah penuh birahi.
“Ohh bu Selfi…aku suka tubuhmu…aku mencintaimu bu selfi…ohhh  suka ngentot samu Ibu Selfi…oh bu Selfi…oh enaknya memekmu ini bu…aku mencintaimu bu,”
“Ohhh sayang…kontolmumu besar…ohhh enak…oh sayang…entoti terus lobang memekkku…ohhh…Ibu juga mencintaimu sayang…ohhh Ibu juga suka ngentot sama kamu…ohhh enaknya kontol panjangmu ohhh…ibu juga suka entotanmu…ohhhh kontolmu masuk dalam banget sayang…ohhh kontolmu massuk sampai rahim ibu sayang…ohhh enaknya…entoti lobang memekkku…oh aku suka ngentot sama kamu…oh kalau perlu kita ngentot sampai pagi sayang…ohhh enak…,”
Randy kaget sejenak. Ia mendorong kontolnya. Selangkangan mereka menempel. Randy berhenti sejenak.. Ia angkat wajahnya memandangi Ibu Selfi. Ibu Selfi dengan mata birahinya memandangi anak muda itu, lalu wanita paruh baya itu melumat mulut Randy. Ibu Selfi berbisik pelan dengan nafas ngos-ngosan,”suami dan anak-anakku pergi seminggu ini. Jadi Ibu akan nginap lima hari di sini sayang…,”desah Ibu Selfi berbisik lalu kembali ia lumat dan sedoti bibir pemuda itu penuh nafsu seks.    
“Okkhh bu….,”mendengar itu semua nafsu seks Randy makin menggelegak….,”Okkh bu oohh kita ngentot sampai pagi bu…ohhh kita ngentot tiap hari iya bu…ohhh enaknya.” Randy menggerakkan pinggulnya semakin intens. Genjotannya membuat kontolnya masuk menekan makin dalam. Kontolnya menegang dengan keras. Kontol itu seperti makin besar dan panjang. Dan Ibu Selfi meras kontol itu makin membuat lobang memeknya makin gatal… Ia merasakan kontol itu makin besar dan panjang…membuat nafsu seksnya semakin liar…
“Okkkhhh sayang…entoti ibu sampai pagi…ohhh iya sayang kita ngentot tiap hari…oh entoti ibu tiap hari sayang…ibu suka ngentot tiap hari sama kamu sayang…okkhhh…hhhaahhh..ahhh sayang dalamnya entotanmu…ohhh enaknya sayang…ohhh…,”
“ohh bu memekmu enak...ohh bu memekmu dalam bu…okkkhh bu…oh bu memekmu tebal banget bu…ohhhkkk bu…ohhhhh bu memekmu enak dientot bu…ohh enaknya mengentotimu bu Selfi ohhh enaknya…ohhh…memek ibu empuk dientot…ohhh bu aku suka ngentot sama ibu…ohhh buuuu memekmu membusung bu…ohhh enaknya ngento sama ibu…ohhhhh,”
Genjotan dan desahan penuh birahi di antara mereka membuat mereka betul-betul di landa nafsu seks yang makin menggelora. Membuat nafsu seks mereka saling berkejaran… Genjotan dibalas dengan tekanan… Selangkangan mereka menempel ketat… Alat kelamin mereka saling gesek dengan liar membuat mereka di ujung klimaks…
“Okkhh sayang…enak sayang ahhh…ohhh entot lobang memekku sayang…oohh sayang…tekan kontolmu sayang…ohhhh sayanggg…enaknya kontolmu…ohhh sayang…entoti ibu sayang…oh sayang enaknya entotan kontolnmu…ohhhh tegangnya kontolmu ohhh sayang…kontolmu keras sayang  ohhh enaknya ohh sayang…kontolmu rasanya makin membesar sayang…ohh entotin ibu…entot ibu…oh entotin ibu sayang…okhhhh..hhhhh enaknya kontolmu…,”
“Ohhh bu kepala kontoku gatal ….ohhh bu enaknya memekmu…ohhh aku mau keluar bu…hhhohhh enaknya ohhh,”desahan Randy makin liar.
“Ohhh sayang..ohh ibu juga mau keluar…entot yang yang kuat…hhhhoohhh entoti…ohhhhh iya ohhhh iya sayang…entot memek ibu sayang…ohhh ohhh….sayang ibu mau keluar sayang…oh entot ibu…hhhhaaahhhkkkk…oh kontolmu….ohhh kontolmu…ooo enaknya kontolmu…ohhh enaknya entotanmu…ohhhh sayang entotin ibu…oh mau keluar…okkkk sayang…hohhhhhhhhhh  ibu keluar…akhhhh…akkkk genjot terus sayang iyahhhh….tusukin terus sayang….aaaahhhh sayang…ibu keluarr….oooooohhhhhhh sayang…aku keluar…ohhh enaknya…..okhhh,”Ibu Selfi menggoyangkan pinggulnya makin liar. Ia bergerak-gerak bagai ulat…. Ia mendesakkan selangkangkannya ke selangkangan Randy. Ia memeluk pundak Randy dengan ketat… nafasnya tercekat… matanya terpejam… Birahinya di puncak… Dan ia menuntaskan birahinya dengan sepuas-puasnya di selangkangan pemuda itu…
“Okkhhhhhhh enaknya ohh buuuu oooohhh enaknya… ohhhh enak….oookkhhh…hhhooooohhhkkkk…hhhaaaahhh enaknyahhhhh…oh bu aku keluarin di mana bu…oohhhhh enaknya memekmu bu Selfi ohh….,”
“Okkh sayang…ohh keluarin di dalam sayang biar enak…ohhh semprot manimu di dalam sayang….ookkk enaknya…okkhhh enaknya kontolmu ini…ohhkk nusuk banget ….ohhh sayang keluarin semua spermamu sayang…iyahhh…,”akhirnya Ibu Selfi merasakan kontol pemuda itu ditusukkan dengan keras dan dalam, dan ia merasakan kontol pemuda itu bergetar, lalu ibu Selfi merasakan sesuatu yang hangat memenuhi lobang memeknya, ia merasakan sperma pemuda itu memasuki rahimnya…sperma itu sangat banyak…seketika Ibu Selfi menggerakkan kedua kakinya dan di bantu tangannya meremasi pantat pemuda itu…Ibu Selfi menekankan pantat pemuda itu dan kontol panjang pemuda itu pun menusuk makin dalam….,”Okkkhhh sayang…spermamu hangat…ohhh sayang enaknya…ohhh sayang manimu banyak sayang…ohhh sayang keluarin semua sayang….ohhh sayang keluarin semua spermamu sayang…hhhaaaahhh keluarin semua spermamu dalam rahimku sayang…ohhh sayang…okkhhh sayang kontolmu nusuk banget sayang… okkkhhh enaknya sayang….,”
Tubuh mereka masih berayun pelan… Rasa nikmat persetubuhan masih memenuhi mereka… Pemuda itu meraskan memek Ibu Selfi seperti meremasi batang kontolnya…memek itu seolah ingin mengeluarkan semua sperma dari tubuhnya… Dan itu ia rasakan manakala Ibu Selfi meremasi tubuhnya dengan ketat.
“Okhh bu Selfi…,”desahnya Randy.
“Oohh Randy sayang…,”desah Ibu Selfi di telinga Randy.
Akhirnya nafas mereka melemah. Tubuh mereka berayun makin pelan. Tetapi mereka masing saling himpit. Mereka masing saling remas dengan ketat. Sisa-sia nikmat senggama masih mengaliri tubuh mereka, terutama benak mereka.
“Ohhhh Ibu Selfi-ku sayang…,”bisik Randy di telinga wanita itu.
“Ohhh knapa sayang…,”desah Ibu Selfi.
“Aku sayang kamu bu…,”
“Ibu juga sayang kamu…,”
“Tadi aku keluarin semua di dalam bu….ohh enak..,”
“Emang kenapa sayang,”tanya ibu Selfi. Ibu Selfi meraih wajah Randy. Sejenak ia lumat bibir pemuda itu dengan lahap.,”Knapa sayang? Kan enak keluarin di dalam,”
“Ibu minum pil kb nggak,”tanya Randy polos memandang wanita paruh baya itu.
Ibu setengah baya itu tersenyum.. Lalu ia kecup pelan bibir pemuda itu…
“Nggak sayang… ibu nggak minum pil KB…emang kenapa sayang..,”tanya Ibu Selfi dengan bibir tersenyum manja. Kembali ia kecupi bibir Randy.
“Kalau ibu hamil?”tanya Randy di sela-sela kecupan-kecupan kecil mereka.
“Emang kenapa sayang…emang kenapa kalau ibu sampai hamil karena ngentot sama kamu…emang kenapa…,”tanya Ibu Selfi dengan senyuman tenang lagi manja.
Randy hanya terdiam. Ia menciumi pelan mulut Ibu Selfi. Ia melumatnya…
Ibu Selfi membalas lumatan itu, lalu berkata,”Ibu masih bisa hamil sayang…dan kalau ibu hamil karena kamu berarti itu anakmu…itu anakku…kalau gara-gara ngentot sama kamu ibu hamil iya hamil aja…emang kenapa sayang….,”Ibu Selfi makin merangkul pemuda itu. Ia makin liar memnciumi mulut pemuda itu. Lidahnya bergerak liar menjilati mulut pemuda itu…
“Aku sayang sama Ibu Selfi…,”akhirnya Randy berkata. Ia balas mendekap lebih erat. Ia dengan liar kembali menggumuli wanita paruh baya itu.
“Hmmm sayang…,”desah Randy di bibir Ibu Selfi. Ia mengatur posisinya. Ia merasakan kontolnya tegang lagi.
“Iya sayang…ohhh…,”desah Ibu Selfi. Ia merasa kontol pemuda itu telah menegang lagi. Ibu Selfi dengan penuh nafsu syahwat kembali membuka pahanya lebar untuk member posisi pada anak muda berdarah panas itu. Lobang memeknya kembali merasa gatal.
“Bu..ohhh bu Selfi…kalau gitu..ohhh..,”desahnya sambil mencerucupi mulut Ibu Selfi, “aku ga akan kuliah lima hari ini bu…ohh..,”kembali Randy menjilat mulut wanita itu. Ia meraih kontolnya dan mengarahkannya ke lobang memek Ibu Selfi.,”..aku akan entotin ibu Selfi  selama lima hari ini biar ibu hamil…ohhh akan kuhamili kau Bu Selfi  ohhhhhohhh..,”akhirnya Randy mendorong kontolnya memasuki memek Ibu Selfi.
“Hgggooohhhhhh…enaknya kontolmu…ohhh tekan sampai dalam sayang…oohh iyahh…ohh gitu iyah…hhhh…ohhh entoti memek ibu oo…ohh iya sayang entot ibu sampai hamil ohhh…ohh entoton ibu sayang..ohhh sayang hamilin aja ibu ohhh sayang…entot ibu sampai bunting sayang…hhhoohhh…,”Ibu Selfi kembali mengerang-erang di bawah tindihan Randy.

Cerita Ini Berlanjut Ke Bagian Ke-2

Rabu, 12 Oktober 2011

Bu Hanny Yang Penuh Birahi

Selingkuh Dengan Istri Teman29 Mei 2009 19:06Minggu, 24 Oktober 2004

"Hallo?", kataku ketika telepon sudah tersambung.
"Hallo?", terdengar suara wanita menjawab.
"Ini pasti Bu Hanny, ya? Saya Bima Handrono, Bu..", kataku.
"O, Pak Bima.. Apa kabar?", tanya Hanny ramah.
"Baik, Bu.. Bisa bicara dengan Pak Ronny, Bu?", tanyaku.
"Suami saya sejak kemarin malam pulang ke Semarang, Pak..", kata Hanny.
"O begitu ya, Bu.. Well, kalo begitu saya pamit mundur saja, Bu..", kataku cepat.
"Sebentar, Pak Bima!", kata Hanny menyela.
"Ya ada apa, Bu?", tanyaku.
"Tidak ada apa-apa kok, Pak. Hanya saja rasanya kita sudah lama tidak pernah bertemu", katanya.
"Betul sekali, Bu. Kebetulan saja saat ini sebetulnya saya ada perlu dengan Pak Ronny tentang masalah bisnis kami, Bu", kataku.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak Bima?", tanya Hanny serius.
"Mm.. Kayaknya tidak ada, Bu. Terima kasih..", kataku lagi.
"Sekarang Pak Bima sedang dimana?", tanyanya kian melebar.
"Saya sedang di jalan, Bu. Tadinya mau ke rumah Ibu. Tapi ternyata Pak Ronny tidak ada di rumah..", kataku seadanya.
"Kesini saja dulu, Pak Bima!", ajak Hanny.
"Gimana, ya?", kataku ragu.
"Ayolah, Pak Bima.. Teman suami saya berarti teman saya juga. Please..", pintanya.
"Baiklah, saya akan mampir sebentar..", kataku setelah berpikir sejenak.
"Okay.. Saya tunggu, Pak Bima. Bye", kata Hanny sambil menutup telepon.

Segera aku menuju ke rumah Ronny, teman bisnisku. Di teras sebuah rumah di kawasan Cipinang Indah, tampak seorang wanita tersenyum ketika aku mendekat, itulah istri temanku yang bernama Hanny. Aku biasa memanggilnya dengan Ibu Hanny. Usianya sekitar 37 tahun, wajah lumayan enak dipandang. Kulit putih, postur tubuh sedang saja. Yang membuatku suka adalah tubuhnya yang seksi terawat. Aku kenal dia sekitar satu tahun yang lalu ketika aku mengantar Ronny suaminya, pulang dari urusan bisnis. Sejak pertemuan itu kami masih seing bertemu. Dan memang dalam pertemuan-pertemua itu mataku dan mata bu Hanny sering bentrok tanpa setahu suaminya. Dan kerlingan matanya kadang mengandung birahi terpendam.
Bahkan pernah ketika aku nekat mengedipka mata...ia membalasnya dengan dengan menggigit bibir bawanya dengan gaya yang  nakal... Tapi itu semua berlalu...

Sampai suatu ketika...

"Silahkan masuk, Pak Bima", katanya sambil membuka pintu rumahnya.
"Terima kasih", kataku sambil duduk di ruang tamu.
"Mau minum apa, Pak?', tanyanya sambil tersenyum manis.
"Apa saja boleh, Bu..", jawabku sambil membalas senyumannya.
"Baiklah..", katanya sambil membalikkan badan dan segera melangkah ke dapur.

Mataku tak berkedip melihat penampilan Hanny pagi itu. Dengan memakai kaos tank-top serta celana pendek ketat/hot span, membuat mataku dengan jelas bisa melihat mulusnya punggung serta bentuk dan lekuk paha serta pantat Hanny yang bulat padat bergoyang ketika dia berjalan. Bu Hanny ini benar-benar semok....

"Maaf kelamaan..", kata Hanny sambil membungkuk menyajikan minuman di meja. Saat itulah dengan jelas terlihat buah dada Hanny yang besar. Darahku berdesir karenanya.
"Silakan diminum..", katanya sambil duduk.

Kembali mataku selintas melihat selangkangan Hanny yang jelas menampakkan menggembungnya bentuk memek Hanny.

"Iya.. Iya.. Terima kasih..", kataku sambil meneguk minuman yang disajikan.
"Sudah lama sekali ya kita tak bertemu..", kata Hanny membuka percakapan.
"Betul, Bu. Sudah sekitar enam bulan saya tidak kesini..", jawabku.
"Senang rasanya bisa bertemu Pak Bima lagi..", kata Hanny tersenyum sambil menyilangkan kakinya.

Kembali mataku disuguhi pemandangan yang indah. Bentuk paha indah dan sekal-padat Hanny membuat darahku berdesir kembali. Ini perempuan kayaknya bisa juga.., pikiranku mulai kotor.

"Hei! Pak Bima lihat apa?", tanya Hanny tersenyum nakal ketika melihat mataku tertuju terus ke pahanya.
"Eh.. Mm.. Tidak apa-apa, Bu..", jawabku agak kikuk.
"Hayoo.. Ada apa?", kata Hanny lagi sambil tersenyum menggoda dan kerlingan matanya menatapku. Aku suka tatapan matanya yang terkesan binal.
"Saya suka lihat bentuk tubuh Ibu, jujur saja..", kataku memancing.
"Memangnya kenapa dengan tubuh saya?", tanyanya sambil matanya menatap tajam mataku.
"Mm.. Nggak ah.. Nggak enak mengatakannya..", jawabku agar dia penasaran.
"Tidak enak kenapa? Ayo dong Pak Bima..", katanya penasaran.
"Sudah ah, Bu.. Malu sama orang.", kataku sambil tersenyum.
"Iihh! Pak Bima bikin gemes deh..", katanya sambil bangkit lalu menghampiri dan duduk di sebelahku. Aroma tubuhnya benar-benar membangkitkan birahi...

"Saya cubit nih..! Ayo dong katakan apa?", katanya sambil mencubit pelan tanganku.
"Yee.. Ibu ternyata agresif juga ya?!", kataku sambil tertawa.
"Tapi suka, kan?", katanya nakal dan manja.
"Iya sih..", kataku mulai berani karena melihat gelagat Hanny seperti itu.
"Kalau begitu, ayo dong Pak Bima kasih tahu ada apa dengan tubuh saya?", tanya Hanny agak berbisik sambil tangannya ditumpangkan di atas pahaku. Aku tak menjawab pertanyaannya, hanya tersenyum sambil mataku tajam menatap matanya.

"Ihh, kenapa Pak Bima tak mau jawab sih?", suara Hanny berbisik sementara matanya menatap mataku.

Beberapa saat mataku dan mata Hanny saling bertatapan tanpa bicara. Sedikit demi sedikit kudekatkan wajahku ke wajahnya. Terdengar jelas nafas Hanny menjadi agak cepat disertai remasan tangannya di pahaku ketika bibirku hampir bersentuhan dengan bibirnya.

"Tubuh Ibu seksi..", bisikku sambil menempelkan bibirku ke bibir merahnya.
"Ohhh...mmmmhh..", desahnya ketika kukecup dan kulumat perlahan bibirnya.
"Pantatmu bahenol Bu Hanny..."kataku smbil tanganku meremasi pantatnya.
"Nggghhhh..."Bu Hanny mendesah. Ia melepas bibirnya, lalu mendesakku makin rapat. Bibirnya terbuka...lalu melumat mulutku dengan liar. Ia memutar-mutar mulutnya dan sambil mendesah ia memaguti bibirku.

Tak kusangka nafsu Bu Hanny begitu liar dan panas. Lumatan bibirku dengan sangat panas dan liar dibalas dengan pagutan yang lebih liar lagi. Lumatan bibir, hisapan dan permainan lidahnya benar-benar membuatku bergairah. Apalagi ketika tangan kiri Bu Hanny dengan berani langsung memegang dan meremas celana bagian depanku yang sudah mulai menggembung. Tangan kanannya dengan lembut memegang belakang kepalaku dan meremasi rambutku.

"Mmhh..", desahnya ketika tanganku mulai meraba buah dadanya yang cukup besar menantang.
Kamu secara bersama-sama melepaskan bibir kami yang berpagut ketat...Lalu seperti dikomando kami saling menjilat leher... Di sela kilatanku di lehernya kudekati kupingnya lalu aku berbisik..."Ohh...bu...susumu montok..."desahku. Aku begitu intens meremasi susunya.
"MMhhhh.....mmm suka iyah...mmm..."desahnya di kupingku. Ia begitu liar menciumi dan menjilati leherku. Kadang ia mengigitnya lembut.

Lalu di sela-sela jilatanya di leherku ia berbisik di telingaku..."Kita pindah ke kamar saja, Pak Bima..", bisiknya. Ia melepaskan bibirnya. Matanya memandangi ku dengan nakal sambil tangannya meremasi kontolku....Ia memandangiku penuh birahi..."Kita ke kamar...aku mau ini...aku mau kontol ini...."desahnya pelan sambil meremasi kontolku dan memandangi mataku dengan tatapan penuh birahi mesum.

Aku tak sanggup menahan nafsuku. Kukelurkan lidahku lalu kujilati bibirnya yang tersenyum mesum itu...."Hmmmhhh....."desahku sambil mengusap lengannya dan mengajaknya bangkit.

Segera kuikuti Hanny ke kamarnya sambil sesekali memegang dan meremas pantatnya. Di dalam kamar. Hanny tanpa segan lagi langsung melepas semua pakaiannya hingga dengan jelas aku bisa menyaksikan betapa seksinya tubuh dia. Aku suka buah dadanya yang cukup besar dengan puting susu kecil berwarna agak coklat. Apalagi ketika melihat memeknya yang dihiasi bulu yang tak terlalu banyak tapi rapi.

"Ayo dong lekas buka pakaiannya..", kata Bu Hanny ketika melihatku belum membuka pakaian.
"Tubuh Ibu sangat bagus...pinggul ibu sungguh bahenol dan padat..", kataku tersenyum sambil membuka pakaianku.
"Apa yang Pak Bima suka?", tanya Hanny sambil menghampiri dan membantu membuka pakaianku.
"Saya suka ini..", kataku sambil meremas buah dadanya lalu meraba memeknya.
"HHHHmmm, nakal..!!", katanya sambil memegang dan mengelus kontolku yang sudah mulai tegang. Kurengkuh belakang kepalanya lalu segera kulumat bibirnya, Hanny pun segera membalas lumatanku sembari tangannya makin keras meremas kontolku.
"Uhh..", desah Hanny ketika tanganku meremas buah dadanya dan sesekali memainkan puting susunya.

Sambil berdiri kami berciuman dan saling raba apa pun yang mau diraba, saling remas apapun yang mau diremas. Sampai beberapa saat kemudian, kudorong dan kurebahkan tubuh mulus telanjang Hanny ke atas ranjang.

"Oww.. Pak Bima! Enakkhh..", desah Hanny keras ketika bibirku menyusuri belahan memeknya sementara tanganku memegang dan meremas buah dadanya.
"Ohh.. Ohh..jilatanmu...", jerit Bu Hanny sambil menggelinjang ketika lidahku menjilati kelentit dan lubang memeknya bergantian.

Tubuh Bu Hanny makin bergetar dan melengkung ketika sambil kujilat kelentitnya, kumasukkan jariku ke lubang memeknya. Terasa di jariku jepitan-jepitan pelan lubang memeknya ketika jariku kukeluarmasukkan perlahan.

"Oohh..", jerit Bu Hanny makin keras serta dengan keras menjambak kepalaku dan mendesakkan ke memeknya.
"Aku mau keluarrhh, Bimahh..", jerit Bu Hanny sambil menggerakan dan mendesakkan memknya ke mulutku.
"Oohh!! Nikmaatthh..!!", jerit Hanny ketika mendapatkan orgasme, lalu tubuhnya melemah. Aku bangkit lalu kutindih tubuhnya.
"Bagaimana rasanya, Bu?", tanyaku sambil mengecup bibirnya. Hanny tidak menjawab pertanyaanku, tapi membalas kecupanku dengan lumatan ganas walau mulutku masih basah oleh cairan memeknya sendiri.
"Gantian, Pak..", kata Hanny sambil tersenyum lalu bangkit.
"Mm.. Enak, Bu..", kataku ketika kontolku dikocoknya sambil sesekali Hanny menjilat kepala kontolku.
"Uhh..", desahku ketika terasa mulut dan lidah Hanny dengan hangat melumat dan menghisap kontolku.

Jilatan dan hisapan Hanny sangat terasa nikmat. Sangat lihay sepertinya Hanny dalam hal ini. Apalagi ketika lidah Hanny dengan tanpa ragu menjilat lubang anusku berkali-kali sembari tangannya tak henti mengocok kontol. Apalagi ketika ujung jarinya dimasukkan ke lubang anusku, lalu mulutnya tak henti menjilat dan menghisap kontolku.

"Novii.. Enakk bangett..", kataku sambil terpejam lalu memegang kepalanya. Kemudian kugerakkan kontolku keluar masuk mulutnya.
"Uhh.. Enak sekali, Nov..", kataku sambil meremas rambut Hanny.
"Sudah deh.. Naik sini!", pintaku. Hanny menurut.

Setelah menghentikan hisapannya, dia segera bangkit lalu segera naik ke atas tubuhku. Kemudian dengan satu tangan dipegang kontolku lalu diarahkannya ke lubang memeknya. Bless.. Tak lama memeknya sudah mulai digerakkan ketika kontolku sudah masuk.

"Sudah lama saya memimpikan bisa bersetubuh dengan Pak Bima..", kata Hanny sambil tetap menggerakan pinggulnya turun naik di atas kontolku.
"Memangnya kenapa, Bu.. Mhh..", kataku sambil meremas kedua buah dadanya yang bergoyang seiring gerakan tubuh Hanny yang bergerak turun naik dengan cepat.
"Mmhh.. Karena.. Mmhh.. Karena sejak pertama kita bertemu, saya sudah suka dengan Pak Bima. Saya tertarik pada Pak Bima.. Mmhh..", kata Hanny sambil mengecup bibirku. Aku tersenyum lalu membalas kecupannya sambil meremas pantatnya.
"Ohh, Pak Bima.. Enak sekali rasanya..", bisik Hanny sambil mempercepat gerakannya.
"Ohh.. Sayaanngg.. Ohh..", jerit Hanny sambil tubuhnya bergerak makin cepat seperti meronta. Sampai akhirnya, serr! Serr! Serr! Hanny mencapai orgasme.
"Ohh..", jerit Hanny sambil mendekap erat tubuhku sambil mendesakkan memeknya ke kontolku. Tubuhnya bergetar dan meronta merasakan nikmat yang amat sangat.
"Ohh.. Pak Bimay.. Enak sekali..", bisik Hanny sambil mengecup bibirku. Aku tersenyum sambil membalas kecupannya.
"Mau posisi apa, sayang?", tanya Hanny sambil tetap berada di atas tubuhku.
"Posisi kesukaan Ibu Novi apa?", aku balik bertanya.
"Doggy style.. Mau?", tanya Novie sambil tersenyum lalu mengecup bibirku.
"Whatever you want..", jawabku.

Hanny bangkit lalu mulai nungging di pinggir ranjang. Tampak jelas memeknya merekah merangsang.. Segera kuarahkan kontolku ke lubang memeknya, lalu bless.. Bless.. Aku mulai memompa kontolku dalam-dalam di memeknya. Rasanya sangat nyaman dan nikmat.

"Ohh.. Enak banget memekmu Bu Hanny...oh enaknya mengentotimu bu Hanny..", kataku sambil meremas pantat Hanny.
"Mmhh.. Ohhh pak Bima...enotanmu enak...ohhh kontolmu dalem banget masuk dalammemekku...Oh..entotin...masukin sedalamnya sayang...ahhh....", erang Bu Hanny sambil menoleh ke arahku, sementara pantatnya digoyang dan diputar mengimbangi pompaan kontolku.
"Remasshh.. Remass susuku, Pak Bimay..", desah Hanny sambil meremas buah dadanya sendiri.

Aku pun segera menuruti kemauannya. Sambil memompa kontol, tanganku segera memegang, meremas buah dada dan memainkan puting susu Hanny bergantian.

"Ohh.. Ohh.. Nikmaatthh..", jerit lirih Hanny sambil memegang tanganku yang sedang meremas-remas buah dadanya...."OOhhh...rasanya kontolmu makin keras dan besar dalam memekku...oh...setubuhi aku...oh entotanmu...oh enaknya..."

Lalu kembali kami merubah posisi. Ia langsung rebah mengangkang di ranjang... memeknya yang tembem benar-benar terlihat enak untuk di entot. Aku arahkan kontolku ke lobang memeknya...lalu....

""Ahhhhh,,,,,....OOOOhhhh....."kami mendesah bersamaan ketika kontolku masuk dalam memeknya.
Ia merangkul bahuku lalu menjilati leherku..dan berbisik"Ohhhh...entotanmu enak....kontolmu besar dan panjang....ohhh....dalam sekali pak..."
Aku tak kalah liar menjilati lehernya...dan kubalas bisikannya..." Memek ibu Hanny tebal..memek ibu enak dientot...kntolku keenakan Bu..."

Kami terus berpacu di ranjang yang biasanya ia pakai tidur dengan suaminya itu. Lalu tiba-tiba ia merangkulku ketat. Tangannya meraih kepalaku...""Pak Bima..."desahnya.
Aku mengangkat kepalaku..lalu memandangi wajahnya...Ia menyentuh bibrku dengan bibirnya tetapi hanya sentuhan-sentuhan pelan...bibir kami bergesekan seirama goyangan pinggul kami yang saling menggenjot..."Ohhh..Pak Bimahh...aku bisa ketagihan dientoti kontolmu pak,,,ohh...enak pak..." Kedua tangannya berada di belakang kepalaku. Bibir kami bergesekan pelan...""Aku juga bu Hanny....enak sekali mengentoti memek bu Hanyy....aku juga pasti ketagihan ngentot sama bu Hanny..."
""Ohhh..pak aku ketagihan kontolmu..."
"Ohh bu Hanny aku ketagihan memekmu..."

Genjotan pinggul kami makin lama semakin ketat dan cepat...
"Ohh...bu Hanny...aku akan ketagihan ngentot sama bu Hanny..."desahku.
"Ahhh...ohhh...aku mau setiap waktu ngentot sama pak Bima...kalau perlu tiap hari Pak Bima datang aja...kita bisa ngentot terus pak...ohhh...""

Ketika entotan-entotan kami semakin liar...dan nafas kami makin panas tak teratur...tiba-tiba ia menahan pinggulku...kami lalu begerak pelan...ia meraih kepalaku...bibirnya menjilati bawah kupingku...sambil saling menggenjot perlahan ia berbisik pelan..."pak Bima...aku lagi subur pak..."
Aku kaget mendengar bisikanyya yang penuh birahi..."Oh bu Hanyy..."desahku. Lalu akupun mulai memompa memek bu Hanny dengan entotan yang dalam. Aku meregangkan pahaku agar tusukan kontolku yang besar dan panjang makin dalam.
"Tekan kontolmu panjangmu sedalamnya pak...ohhh...iya gitu pak...masukin dalam-dalam pak..ohh..gitu...oh... iya tekan terus"
"Oh...pak...ohhh...masuki rahimku...masukkan kepala kontolmu dalam rahimku...oh gitu...okkkkhhh...pakkk...ohh...."
"Ohhh...bu Hanny aku keenakan bu...oh...kontolku rasanya mentok bu...oh...enaknya bu....ohhhh...bu...Bu hanny...maniku juga lagi banyak bu....udah tiga minggu aq tidak ngentot sama istriku bu...oookkkhhh...bu..."
"Oookkkkhhh pak...oh...pak...aq suka pak...aku suka manimu banyak pak..."

Lalu tiba-tiba aku merasa kontolku diperas dan dihisap lobang memek bu Hanny..."Oookkkhhh.....bu...oookkkkhhh..."erangku tak kuasa menahan nikmat.
"Iya sayang...okhh.pppak...enaknya..."
"Ohh.. enak sekali, sayang..", kataku sambil mempercepat gerakan kontolku karena sudah mulai terasa ada sesuatu yang ingin keluar seiring rasa nikmat yang aku rasakan.
"Buuuu...aku mau keluar bu..."
"Keluarkan saja di dalam memekku, sayang..semprot rahimku yang subur ini,,,,aaaa pak Bima...", kata Hanny sambil mempercepat goyangan pantatnya.
"Ohhh akan kusembur rahimmu yang subur ini bu Hanyy...aku akan semprot maniku sebanyak-banyaknya dalam rahimmu bu...ooohhh...ohhh...bu...ohhh bu Hanny..aku akn membuatmu hamil bu Hanny...aku akan membuntingim bu Hanny...oookkkhhhh..."
"Iya pak...entoti...okkhhh...entotin memekkku...okk..pak Bima...keluarkan manimu sebanyaknya....sirami rahimku...oh...hamili aku....entoti sampai aku bunting pak Bima...aku pasti hamil oleh manimu...oookkkhhh....aku rela bapak entot sampai hamil..."

Kupercepat kontolku keluar masuk memeknya sambil meremas buah dadanya, lalu tak lama kemudian kudesakkan kontolku ndalam-dalam ke memeknya.. Croott! Croott! Croott! Air maniku menyembur sangat banyak di dalam memeknya seiring rasa nikmat dan nyaman kurasakan. Aku terus desakkan kontolku dalam-dalam ke dalam rahim bu Hanny sambil kukerahkan otot dan nafasku agar maniku keluar sebanyak-banaykanya... sampai kurasakan air maniku habis keluar....Aku lakukan semua itu sambil menjilati bibirnya....

"OOkkkkkhhh...Pak Bima banyak sekali spermamu...oohhh....rahimku merasa hangat oleh manimu...ookkk...semprot terus pejuhmu yang banyak....aaahhh iya...oookkkhh iya..", kata Bu Hanny sambil meliukkan pinggulnya.. Aku merasa lobang memeknya meremasi dan menghisap batang kontolku...kepala kontolku serasa diemut-emut oleh memknya...Bu Hanny seolah ingin memeras spermaku sebanyak-banyaknya..
"Okkkhhhh....aku juga keluar pak...."desahnya..."Okkhhh..pak bima...aku enak pak...aku paus pak...akkkhh...enaknya pak..."

Lalu ahkhirnya irama pergelutan badan kami berhenti...
Ia mendesah dan memeluk kepalaku dalam dadanya...
Nafas kami memeburu....
Lalu bisikkanya terdengar lirih...
"Kontol pak bima enak...kontolmu besar dan panjang pak...aku suka ngentot sama pak Bima..."
"Ibu juga hebat, memek ibu tebal dan tembem...susumu besar bu...tubuh Bu Hanny semok...memek ibu enak dientot..", kataku lirih.
"Kapan pun Pak Bima mau, aku mau dientoti pak Bima....aku suka birahimu pak Bima...Kontol pak bima besar dan panjang...aku bisa ketagihan ngentot sama pak Bima..", kata Hanny sambil tersenyum lalu mengecup bibirku.
"Aku juga suka sama bu Hanny...aku juga suka birahi dalam tatapn matamu bu...aku juga suka ngentoti ibu kapan saja...oohhh....", kataku sambil mengusap punggung telanjangnya.
"Saya mau mandi dulu, Pak Bima.. Mau ikut?", tanya Hanny manja sambil bangkit dan turun dari ranjang.
"Mandi bareng wanita cantik siapa yang mau nolak?", kataku sambil bangkit pula.
"Ihh! Genit!", katanya sambil mencubit tanganku.
"Kalau sudah kena air dingin, bisa ada ronde kedua dong..", bisik Hanny sambil memeluk tubuh telanjangku.
"Siapa takut..", jawabku sambil mengecup bibir ranumnya.

Hanny, saya sayang kamu..

Senin, 10 Oktober 2011

Bu Watik

    Seperti yang kujanjikan, beberapa teman kantorku akhirnya menjadi langganan pijatan Bu Rahmi setelah aku mempromosikannya. Rupanya pijatannya benar-benar disukai para pria. Termasuk Pak Watik, atasanku.

    Bahkan ada dua temanku yang menanyakan kemungkinan untuk tidak sekadar mendapat layanan memijat dari Bu Rahmi tetapi lebih dari itu. "Kayaknya bisa nggak To kalau Bu Rahmi diajak begituan. Aku suka lho wanita tipe seperti dia. Sudah tua tapi tubuhnya masih bagus dan terawat," kata Rizal, teman sekantorku suatu hari setelah hari sebelumnya dipijat Bu Rahmi di rumahnya.

    Rizal juga cerita, saat dipijat ia sempat menggerayang ke balik daster yang dipakai Bu Rahmi. Tetapi ternyata, kata Rizal, Bu Rahmi di samping memakai celana panjang ketat sebatas lutut juga memakai celana dalam rangkap. "Entah rangkap berapa celana dalam yang dipakainya. Aku sampai nggak bisa merasakan empuknya memek dia," ungkap Rizal menambahkan.

    Mendengar ceritanya aku jadi ingin ketawa sekaligus bangga. Sebab ide memakai pakaian seperti itu saat memijat memang atas saranku. Karena kuyakin para pria pasti tertarik untuk iseng dan coba-coba. Tetapi agar Rizal menjadi penasaran dan tetap menjadi langganan pijat, kukatakan padanya kalau aku tidak tahu bisa tidaknya Bu Rahmi memberi layanan seks selain memijat.

    "Selama ini sih aku hanya tahu ia tukang pijat yang baik dan pijatannya enak. Kalau sampai ke masalah itu saya tidak tahu. Mungkin kalau pendekatannya pas bisa saja ia mau melayani. Apalagi kan udah cukup lama ia ditinggal suaminya," ujarku.

    Pria lain yang juga terang-terangan menyatakan ketertarikannya pada Bu Rahmi adalah atasanku. Bahkan setelah aku sering mengantar Bu Rahmi untuk memijat, karena Pak Watik lebih senang pijat di rumahnya, ia menjadi semakin dekat denganku. Aku juga dipercaya memegang sebuah proyek dengan nilai cukup besar, sesuatu yang belum pernah dipercayakan padaku.

    Menurut Pak Watik, pijatan Bu Rahmi bukan hanya enak tetapi juga mampu menggairahkan kejantanannya. "Jangan cerita ke siapa-siapa ya. Saya dengan ibu sudah lama tidak jalan lho. Nggak tahu kenapa. Tetapi melihat pemijat tetanggamu itu dan mendapat pijatannya, sepertinya mulai agak bangkit. Suaminya sampai sekarang belum pulang?" kata Pak Watik ketika aku menghadapnya di ruang kerja.

    Pak Watik mengundangku karena nanti malam jadwalnya dia dipijat Bu Rahmi. Tetapi menurut dia, istrinya juga ada rencana belanja ke supermarket dan menemui salah satu koleganya pedagang permata. Selain mengantar Bu Rahmi ke rumahnya, aku diminta bantuan menyopir mobil untuk mengantar istrinya.

    Sebagai seorang bawahan terlebih karena kebaikannya mempercayakan sebuah proyek berdana besar kepadaku, kusampaikan kesediaanku. Namun sebelum aku keluar dari ruangannya ia kembali mencegah dan berbisik. "Eh Ton, kira-kira bisa nggak tukang pijat itu memberi layanan lebih? Kamu bisa bantu atur?"

    Aku paham kemana arah pembicaraan atasanku itu. Maka seperti yang kusampaikan kepada dua temanku yang menjadi langganan pijat Bu Rahmi, kukatakan bahwa selama ini yang kutahu ia hanya berprofesi sebagai pemijat dan soal yang lain-lain belum tahu. Hanya kepada Pak Watik kukatakan akan mencoba melakukan pendekatan ke Bu Rahmi.

    Setelah keluar dari ruang kerja atasanku, aku menemui Bu Rahmi. Sambil berpura-pura cemburu kuceritakan soal ketertarikan atasanku kepadanya. Tetapi juga kuceritakan tentang kebaikan Pak Watik termasuk kepercayaannya memberikan proyek besar di bawah penangananku.

    Bu Rahmi cerita, setiap dipijat Pak Watik memang berusaha merayunya. Juga berusaha menggerayang ke balik pakaian seperti temanku yang lain. "Tetapi kelihatannya punya Pak Watik sudah sulit bangkit kok," ujar Bu Rahmi.

    "Oh jadi cerita Pak Watik soal kemampuan seksnya yang sudah berkurang itu bener?" Kataku pura-pura kaget.

    "Jadi enaknya sikapnya gimana Pak Anto. Dia kan atasan bapak dan juga baik sama bapak," ujarnya lagi.

    Akhirnya dengan seolah-olah sebagai sesuatu yang sangat sulit untuk kuputuskan, kukatakan padanya bahwa karena kondisi kemampuan seks atasanku tidak normal maka sebaiknya Bu Rahmi membantunya. Saat memijat, sebaiknya tidak memakai celana dalam rangkap tiga dan juga tidak memakai celana panjang di balik daster yang dipakai.

    "Maksud saya agar Pak Watik terangsang karena dia suka sama ibu. Memang resikonya Pak Watik jadi leluasa menjahili ibu sih. Tetapi niatnya kan untuk membantu menyembuhkan dia. Gimana menurut ibu?"

    "Kalau itu yang terbaik menurut Pak Anto saya sih nurut saja. Tetapi Pak Anto jangan cemburu ya,"

    Bu Rahmi langsung kupeluk. Kukatakan padanya bahwa sebenarnya aku sangat cemburu dan tidak suka tubuh Bu Rahmi diraba dan dipegang-pegang orang lain. Tetapi demi menolong atasanku itu dan demi membalas kebaikannya aku akan berusaha untuk tidak cemburu. "Asal yang ini jangan diberikan semua ke Pak Watik ya bu. Saya suka banget dengan yang ini," ujarku sambil meraba memek Bu Rahmi setelah menyingkap dasternya.

    Tadinya aku berniat melepaskan hasratku untuk menyetubuhi tubuh montok tetanggaku itu. Tetapi setelah saling memagut dan hendak saling melepaskan baju, kudengar anak-anak Bu Rahmi pulang dari sekolah. Hingga kuurungkan niatku dan langsung kebur menyelinap lewat pintu belakang.

    Seperti yang kujanjikan, sekitar pukul 17.00 kujemput Bu Rahmi dan kuantar ke rumah Pak Watik. Bu Rahmi memakai seragam baju terusan warna putih seperti yang biasa dipakai suster rumah sakit. Itu memang baju seragamnya saat memijat. Tetapi dari bentuk cetakan celana dalam yang membayang di pantatnya yang besar, kuyakin ia tidak pakai celana panjang dan celana dalam rangkap seperti biasanya. Rupanya ia benar-benar memenuhi janjinya untuk melayani Pak Watik dengan lebih baik seperti yang kusarankan.

    Kulihat Pak Watik sedang menyiram bunga di halaman rumahnya saat aku datang. "Eh To, silahkan masuk. Tuh istriku udah uring-uringan karena sudah dandan dan siap berangkat," ujarnya mempersilahkan.

    Benar Bu Watik sudah berdandan rapi dan siap pergi. Bahkan ia langsung menyerahkan kunci kontak mobil kepadaku. "Wah ibu takut Nak Anto telat datang. Soalnya selain belanja ibu kan harus ke rumah Bu Ramli, jadi takut kemalaman," kata Bu Watik.

    Bu Watik menyapa Bu Rahmi ramah dan mempersilahkan masuk ke ruang tamu rumahnya. Ia meminta Bu Rahmi menunggu karena suaminya belum mandi. Bahkan kepada Bu Rahmi juga berpesan untuk istirahat di kamar tamu rumahnya kalau selesai memijat nanti ia belum pulang. "Santai saja Mbak Rahmi nggak usah sungkan-sungkan. Kalau mungkin nanti saya juga ikut dipijat," ujar Bu Watik yang langsung mengahmpiriku yang sudah siap dengan mobil Kijang keluaran terbaru milik keluarga itu.

    Usia Bu Watik mungkin sebaya dengan Bu Rahmi. Atau boleh jadi lebih tua satu atau dua tahun. Namun dengan pakaian stelan jas tanpa kancing yang dipadu dengan kaos warna krem di bagian dalam serta celana panjang ketat warna hitam senada, wanita itu tampak berwibawa.

    Bau harum yang lembut dari wangi farfumnya membaui hidungku saat ia masuk ke dalam mobil. Ia menyebut nama sebuah suoermarket ternama hingga aku langsung menjalankan mobil perlahan. Untung aku yang biasanya hanya memakai T shirt, tadi memutuskan memakai baju lengan panjang meski untuk celana tetap memilih jins. Hingga tidak terlalu canggung mengantar istri atasanku.

    Ukuran dan bentuk tubuh Bu Watik nyaris sama dengan Bu Rahmi, tinggi besar. Kakinya panjang dan kekar. Hanya perutnya relatif lebih rata, mungkin karena rajin senam dan olahraga hingga tubuhnya tampak lebih liat.

    Awalnya pembicaraan lebih bersifat formal. Tentang bagaimana sikap kepemimpinan suaminya di kantor dan bagaimana penilaianku sebagai bawahan. Namun lama kelamaan perbincangan menjadi lebih cair setelah topiknya menyangkut keluarga. "Sebentar lagi cucu saya dua lho Nak Anto. Sebab Menik kemarin telepon katanya sudah hamil," kata ibu beranak tiga itu.

    "Kalau ngomongnya sama orang yang tidak tahu keluarga ibu nggak akan percaya kalau ibu sudah punya cucu,"

    "Lho kok?"

    "Soalnya dari penampilan ibu, orang pasti mengira usianya belum 40 tahun. Soalnya ibu terlihat masih muda dan energik," kataku memuji.

    "Ah bisa saja Nak Anto. Pujiannya disimpan saja deh untuk istri Nak Anto. Pasti istrinya cantik ya karena Nak Anto kan pandai merayu,"

    Lewat kaca spion, wanita yang sehari-hari menjadi kepala sekolah di sebuah SD itu kulihat tak mampu menyembunyikan perasaan bangganya atas pujian yang kuberikan. Seulas senyum manis terlihat menghias wajahnya, wajah yang masih menyimpan sisa-sisa kecantikan di usianya yang sudah lebih dari setengah abad.

    Melihat Bu Watik aku jadi ingat Bu Rahmi. Wanita itu pasti lagi sibuk memijat tubuh atasanku. Atau boleh jadi sambil memijat ia jadi terangsang karena tangan Pak Watik yang menggerayang ke paha dan selangkangan atau di memeknya yang kini hanya dibalut satu buah celana dalam.

    Membayangkan semua itu aku kembali melirik Bu Watik yang ada di sebelahku. Perbedaan Bu Rahmi dengan Bu Watik mungkin hanya pada warna kulitnya. Kulit Bu Rahmi lebih terang dan Bu Watik agak gelap. Kalau teteknya, aku berani bertaruh payudara istri atasanku ini juga cukup besar ukurannya. Meski tertutup jas hitam dan kaos krem yang dipakainya, tonjolan yang dibentuknya tak bisa disembunyikan.

    Di luar itu, yang pasti Bu Watik lebih wangi dan boleh jadi tubuhnya lebih terawat. Sebab ia memiliki kemampuan keuangan yang memadai untuk merawat tubuh dan membeli parfum mahal. Tetapi begitulah hidup, rumput tetangga memang selalu nampak lebih hijau dibanding rumput di halaman sendiri.

    "Sudah berapa lama ya Pak Watik tidak menyentuh wanita berwajah manis ini? Ah aku juga mau kalau diberi kesempatan," ujarku membathin sambil melirik bentuk kakinya yang panjang dan tampak indah dibalut celana hitam ketat.

    Gara-gara terus-menerus melirik Bu Watik, mobil yang kubawa nyaris menabrak becak. Untung Bu Watik mengingatkan hingga aku bisa sigap menghindar. "Makanya jangan meleng! Kenapa sih, sepertinya Nak Anto ngelihatin ibu terus deh,"

    "Ee.. ee.. anu.. eee ibu cantik banget sih," jawabku sekenanya.

    "Hush... orang sudah nenek-nenek dibilang cantik,"

    Tanpa terasa mobil akhirnya memasuki pelataran parkir supermarket yang dituju. Tadinya aku berniat menunggu di tempat parkir sementara istri atasanku itu berbelanja. Tetapi Bu Watik memintaku menemani masuk ke supermarket. Bahkan ia menggamit lenganku sambil berjalan di sisiku layaknya seorang istri pada suami.

    Sebagai anak buah dari suaminya, sebenarnya aku agak canggung. Tetapi karena Bu Watik terkesan sangat santai, aku pun akhirnya bisa bersikap wajar. Bahkan setelah berkali-kali tanpa disengaja lenganku menekan buah dada Bu Watik yang kelewat merapat saat berjalan, aku mulai nekad mengisenginya. Sambil berjalan, siku lengan kiriku sengaja kutekan ke teteknya hingga kurasakan kelembutan buah dadanya.

    Entah tidak tahu ulah isengku atau tahu tetapi pura-pura tidak tahu, Bu Watik bukannya menghindar dari siku lenganku yang 'nakal'. Sambil terus melangkah di sisiku untuk melihat-lihat barang-barang di supermarket posisi tubuhnya malah kian merapat. Akibatnya tonjolan buah dadanya kurasakan ikut menekan lenganku. Aku juga mulai bisa memperkirakan seberapa besar tetek istri atasanku itu.

    Sebenarnya aku kurang begitu suka mengaantar istri berbelanja. Sebab biasanya, istriku suka berlama-lama khususnya ketika berada counter pakaian. Begitu pun Bu Watik, hampir setiap baju dan gaun wanita yang menarik hatinya selalu didekati dan beberapa diantaranya dicobanya di kamar pas.

    Namun aku yang biasanya jenuh dan menjadi bersungut-sungut, kali ini malah menikmatinya. Sebab sambil menunggu wanita itu memilih baju-baju yang hendak dibelinya, aku jadi punya banyak kesempatan untuk melihat bentuk tubuh istri atasanku itu. Saat kuamati dari belakang, wanita yang usianya sudah kepala lima itu ternyata masih lumayan seksi.

    Dalam balutan celana ketat yang dipakainya, pinggul dan pantat Bu Watik benar-benar aduhai. Apalagi celana dalam yang dipakainya jadi tercetak sempurna karena ketatnya celana warna hitam yang dikenakan. Aku terus melirik dan mencari kesempatan untuk menatapnya saat Bu Watik membungkuk atau memilih-milih pakaian yang menjadikan posisi pantatnya menonjol.

    Saat hendak mencoba baju yang diminatinya di kamar pas, Bu Watik menitipkan tasnya padaku sambil meminta berada tak jauh dari lokasi kamar pas. Lagi-lagi goyangan pinggul dan pantat besarnya menggoda mataku saat ia melangkah. Pikiranku jadi menerawang membayangkan Bu Rahmi. Ada perasaan cemburu karena kuyakin Pak Watik lagi berusaha merayu atau malah sudah berhasil menaklukkan Bu Rahmi dan tengah menikmati kemontokkan tubuh wanita itu. Ah andai Bu Watik bisa kurayu atau membutuhkan layanan seksku, ujarku membathin.

    Aku merasakan adanya peluang untuk itu ketika kudengar Bu Watik memanggilku dari kamar pas. Dengan tergesa aku menuju ke kamar pas yang letaknya agak terpencil dan tertutup oleh display aneka pakaian di supermarket tersebut. Namun di lokasi itu, istri atasanku tak kunjung keluar dan menyampaikan maksudnya memanggilku hingga aku nekad melongokkan kepala dengan menyibak tirai kamar pas.

    Ternyata, di kamar pas Bu Watik dalam keadaan setengah telanjang. Karena setelah mencoba baju dan celana yang hendak dibelinya ia belum memakai pakaiannya lagi. Hanya BH dan celana dalam krem yang menutup tubuhnya. Maka yang semula hanya bisa kubayangkan kini benar-benar terpampang di hadapanku.

    Wanita yang usianya tidak muda lagi itu, benar-benar masih menggoda hasratku. Teteknya nampak agak kendur, tetapi besar dan bentuknya masih bagus. Pahanya mulus tanpa cela. Hanya meskipun perutnya tidak membuncit seperti perut Bu Rahmi, namun terlihat bergelombang dan ada beberapa kerutan. Maklum karena faktor usia. Sedangkan gundukkan di selangkangannya benar-benar membuatku terpana, besar dan membukit. Bisa kubayangkan montoknya memek Bu Watik dari apa yang tampak oleh cetakan pada celana dalam yang membungkusnya.

    Dan anehnya kendati tahu akan kehadiranku, ia tak merasa jengah atau mencoba menutupi ketelanjangannya. Bahkan meskipun mataku terbelalak dan terang-terangan menjilati ketelanjangannya. "Ih kayak yang nggak pernah lihat perempuan telanjang saja. Nak tolong ke sales untuk bajunya ganti nomor yang lebih besar sedikit. Yang ini kekecilan," ujarnya tetap santai.

    Saat kembali seusai menukar baju pada sales, Bu Watik memang telah memakai kembali celana panjang warna hitamnya. Tetapi di bagian atas tetap terbuka. Bahkan tanpa menyuruhku pergi, ia segera memakai pakaian yang kusodorkan untuk dicobanya dihadapanku. "Menurut Nak Anto, ibu pantes nggak pakai pakaian model seperti ini," ujarnya meminta komentarku.

    "Ee.. ee bagus. Seksi banget,"

    "Hus dimintai pendapat kok seksi.. seksi. Seksi apaan sih,"

    "Ee maksud saya dengan pakaian itu ibu terlihat makin cantik dan seksi," kataku yang tidak berkedip menikmati kemewahan buah dadanya.

    Entah karena pujianku atau menganggap baju itu memang sesuai seleranya, Bu Watik akhirnya memutuskan membelinya di samping beberapa stel pakain lainnya. Hanya ketika aku menemani di counter pakaian dalam dan ia memilih-milih BH nomor 36B, sambil berbisik kuingatkan bahwa nomor itu terlalu kekecilan dipakai olehnya.

    "Ih sok tahu," ujarnya lirih.

    "Kan tadi sudah dikasih lihat sama ibu,"

    Bu Watik mencubit pinggangku. Tetapi tidak sakit karena cubitan mesra dan gemas. Kalau bukan ditempat keramaian, rasanya aku sudah cukup punya keberanian untuk memeluk atau mencium istri atasanku itu. Karenanya setelah membayar semua yang dibelinya, saat keluar dari supermarket lengannya kugamit untuk meyakinkannya bahwa aku pun tertarik padanya.

    Seperti tujuannya semula, setelah dari supermarket Bu Watik berniat ke rumah temannya untuk urusan pembelian perhiasan. Tetapi menurutnya ia agak lapar dan ingin menu ikan bakar. Maka seperti yang dimintanya, mobil pun meluncur ke kawasan pantai di mana terdapat rumah makan yang berbentuk saung-saung terpisah dan tersebar dan khusus menjual aneka menu seafood.

    Setelah memesan beberapa menu dan minuman, kami menuju ke salah satu saung paling terpencil dan tertutup rimbun pepohonan. Tadinya Bu Watik memprotes karena menurutnya tempatnya terlalu gelap dan terpencil. Tetapi saat tanganku melingkar ke pinggangnya dan kukatankan bahwa lebih gelap lebih asyik, protesnya yang boleh jadi cuma pura-pura segera berhenti dan hanya sebuah cubitan darinya sebagai jawabannya.

    Dari pinggangnya tangaku meliar turun merayap di pantatnya. Dari luar celana ketat yang dipakainya, pantat besarnya kuraba. Bokongnya yang lebar masih lumayan padat, hanya agak sedikit turun. Dengan gemas kuusap-usap dan kuremas pantat Bu Watik. Lagi-lagi ia tidak menolak dan bahkan kian merapatkan tubuhnya. Maka setelah di dalam saung, ia langsung kupeluk dan kulumat bibirnya.

    Sejenak ia tidak bereaksi. Hanya diam membiarkan lidahku bermain di rongga mulutnya. Namun setelah tanganku merayap di selangkangannya dan menelusup masuk ke dalamnya melalui risleting celananya yang telah kuturunkan, pagutanku di mulutnya mulai mendapatkan perlawanan. Bibir dan lidah Bu Watik ikut aktif melumat dan memainkan lidahnya.

    Memek istri atasanku itu tak cuma tebal, tapi juga lebar dan membusung. Itu kurasakan saat telapak tanganku mengusap dari luar celana dalam yang dipakainya. Tetapi nampaknya tak berambut. Permukannya terasa agak kasar karena munculnya rambut-rambut yang baru tumbuh. Sepertinya ia baru mencukur bulu-bulu jembutnya itu.

    Namun saat aku hendak lebih memelorotkan celana panjangnya agar leluasa meraba dan mengusap memeknya Bu Watik mencegah. "Jangan Nak Anto, nanti ada orang. Kan pelayan belum ke sini buat nganterin pesanan makanan kita," sergahya.

    "Ii... ii.. iya Bu,"

    Benar juga, ujarku membathin. Aku terpaksa menahan diri untuk tidak meneruskan niatku memelorotkan celana panjang yang dipakai Bu Watik. Hanya usapan dan rabaanku di busungan memeknya tak kuhentikan. Bahkan sesekali aku meremasnya dengan gemas karena keinginan untuk memasukkan jariku ke lubang nikmatnya tak kesampaian.

    Diobok-obok di bagian tubuhnya yang paling peka, kendati masih di luar celana dalamnya, Bu Watik mendesah. Pelukannya semakin ketat dan lumatannya di bibirku makin menjadi. Rupanya wanita yang usianya sudah di atas kepala lima itu mulai terbangkitkan hasratnya.

    Aku dan Bu Watik baru melepaskan pelukan dan segera berbenah setelah dari jauh kulihat dua pelayan wanita membawa nampan berisi makanan dan minuman yang kami pesan. Selembar uang pecahan Rp 20 ribu kusisipkan di nampan salah satu pelayan perempuan setelah mereka selesai menghidangkan yang kami pesan. "Terima kasih dan selamat menikmati," kata keduanya sambil melemparkan senyum dan beranjak meninggalkan saung yang kami tempati.

    Tetapi bukannya makanan yang terhidang yang kuserbu setelah kedua pelayan meninggalkan saung. Dari arah belakang kudekati dan kupeluk Bu Watik yang duduk di tikar saung yang menyajikan makanan secera lesehan itu. "Tidak makan dulu Nak Anto?" ujar Bu Watik.

    Tetapi aku tak peduli pada apa yang dikatakan istri atasanku itu. Hasrtaku lebih besar untuk segera menikmati kehangatan tubuhnya ketimbang makanan yang tersaji. Hingga setelah membenamkan wajahku ke keharuman rambutnya, tanganku langsung meliar, Meremasi teteknya dari luar t shirt warna krem yang dipakai dibalik jaketnya yang tak terkancing.

    Seperti tetek Bu Rahmi, susu Bu Watik juga sudah agak kendur. Tapi dari segi ukuran, nampaknya tak jauh beda. Besar dan empuk, entah bentuk putingnya. Sambil kuciumi tengkuk dan lehernya, tanganku merayap ke balik t shirt yang dipakainya. Kembali aku meremas teteknya dan kali ini langsung dari BH yang membungkusnya. Kelembutan buah dada Bu Watik baru benar-benar dapat kurasakan setelah aku berhasil merogoh dan mengelurkannya dari BH.

    Bu Watik mulai menggelinjang dan mendesah saat aku meremas-remas teteknya perlahan dan memainkan puting-putingnya. Ia menyandarkan tubuh ke dadaku seakan memasrahkan tubuhnya padaku. "Sshhh....aaahhh..... sshhh....aahhh... ibu sudah lama tidak begini Nak Anto," ujarnya mendesah.

    "Lho kan ada Pak Watik," kataku menyelidik.

    "Dia jarang mau diajak dan sudah sulit bangun itunya,"

    Meski sudah mendengar langsung dari Pak Watik aku agak kaget karena ternyata cerita atasanku itu benar adanya. Pantesan Bu Watik merasa tidak ada masalah meninggalkan suaminya dipijat wanita lain berdua di rumahnya.

    Ternyata wanita yang ada dalam pelukanku ini sudah lama tidak dijamah suaminya. Membayangkan itu aku makin terangsang. Jas hitam yang dipakai Bu Watik kulepas dari tubuhnya. Namun saat hendak kulepas kaos krem yang dikenakan dibalik jaket, wanita istri atasanku itu mencegah. "Takut nanti ada yang ke sini Nak Anto," ujarnya.

    Meski aku telah membujuknya bahwa tak mungkin ada pelayan yang datang kecuali tombol bel yang ada ditekan untuk memanggil, Bu Watik tetap menolak. Menurutnya ia tetap merasa was-was karena berada di ruang terbuka. "Kalau celana dalam ibu saja yang dibuka nggak apa-apa," katanya akhirnya.

    Agak kecewa sebenarnya karena aku ingin melihat tubuh istri atasanku dalam keadaa bugil. Tetapi membuka celana berarti memberiku kesempatan melihat memeknya. Bagian yang paling ingin kulihat pada tubuh Bu Watik karena saat di kamar pas supermarket, bagian membusung di selangkangannya itu masih tertutup celana dalam.

    Tanpa membuang kesempatan, segera kubaringkan Bu Watik di lantai saung yang beralaskan tikar itu. Kubuka kancing celana hitam yang dipakai dan kutarik risletingnya. Kini kembali kulihat gundukan memeknya yang masih dibungkus celana dalam krem. Aku menyempatkan membelai memek istri atasanku itu dari luar celana dalamnya sebelum menarik dan memelorotkan celana panjangnya. Benar-benar tebal, besar dan masih cukup liat.

    Aku makin terpana setelah memelorotkan celana dalamnya dan membuat tubuh bagian bawah Bu Watik benar-benar bugil. Memeknya benar-benar nyempluk, membusung dan tanpa rambut. Kalau dibiarkan tumbuh mungkin jembut di memek Bu Rahmi masih kalah lebat. Namun Bu Watik rupanya lebih senang mencukurnya, hingga nampak gundul dan polos.

    Memek tembemnya itu terasa hangat saat aku menyentuh dan membelainya. Tetapi sekaligus terasa kasar karena bulu-bulu jembutnya mulai tumbuh. Aku yang menjadi makin terangsang dan tak sabar untuk melihat itilnya, segera membuka posisi kaki Bu Watik yang masih merapat.

    Ah lubang memeknya ternyata sudah lebar, menganga diantara bibir kemaluannya yang tebal dan berkerut-kerut. Bibir kemaluannya coklat kehitaman. Tetapi itilnya yang mencuat menonjol di bagian atas celah memeknya nampak kemerahan. Aku tak lagi bisa menahan diri. Langsung kukecup memeknya dengan mulutku. Memek Bu Watik ternyata sangat terawat dan tidak berbau. Ia mendesah dan makin melebarkan kangkangan pahanya saat lidahku mulai menyapu seputar bibir luar vaginanya.

    Lidahku terus menjelajah, melata dan merayap seolah hendak melumasi seluruh permukaan tepian labia mayoranya. Bahkan dengan gemas sesekali bibir vaginanya yang telah menggelambir kucerucupi. Membuat Bu Watik mendesis mengangkat pantat menahan nikmat. "Aakkhhh... sshhh... shhh... aahhh.... ookkhhh.... ssshhhh," rintih wanita itu mengikuti setiap sapuan lidah dan cerucupan mulutku di memeknya.

    Sambil mendesis dan mendesah, kulihat Bu Watik meremasi sendiri susunya dari luar kaos warna krem yang dipakainya. Rupanya ia sangat menikmati sentuhan awal oral seks yang kuberikan. Aku yang memang berniat memberi kesan mendalam pada persetubuhan pertama dengan istri atasanku itu, segera meningkatkan serangan. Dengan dua tanganku bibir memeknya kusibak hingga terlihat lubang bagian dalam kemaluannya. Lubang yang sudah cukup lebar dan terlihat basah.

    Ke celah lubang nikmat itulah lidahku kujulurkan. Terasa asin saat ujung lidahku mulai memasuki lorong kenikmatannya dan menyentuh cairan yang keluar membasah. Aku tak peduli. Ujung lidahku terus terulur masuk menjelajah ke kedalaman yang bisa dijangkau. Bahkan di kedalaman yang makin pekat oleh cairan memeknya, lidahku meliar. Melata dan menyodok-nyodok. Akibatnya Bu Watik tak hanya merintih dan mendesah tapi mulai mengerang.

    "Aahhkkkhhh.... aaahhh.... oookkkhhhh... enak banget Nak Anto. Oookkh.. terus.. Nak, aaakkkhhhhh," erangnya kian menjadi.

    Bahkan ketika lidahku menjilat itilnya, tubuh istri atasanku itu mengejang. Ia mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya. Seolah menjemput lidahku agar lebih dalam menggesek dan mendesak ke kelentitnya. Kesempatan itu kugunakan untuk menempatkan kedua tanganku untuk menangkup dan menyangga pantatnya. Dan sambil terus menjilati itilnya kubenamkan wajahku di permukaan memeknya sambil menekan dan meremas-remas pantatnya.

    Kenikmatan tak tertahan yang dirasakan Bu Watik akibat jilatan-jilatan di kelentitnya membuat gairah wanita itu makin memuncak. Kakinya mengelonjot dan menyepak-nyepak sambil erangannya makin menjadi. Bahkan kepalaku dijambaknya. "Ahh.. ahhh.. ooohh ....aaaauuuhhhhh.... enak.. sshhh.... sshhh.... aahhh enak banget. Ibu nggak tahan Nak Anto, aaahhh.... aahhhh," sesekali tangannya berusaha menjauhkan kepalaku dari memeknya.

    Tetapi aku tak peduli. Jilatan lidahku di itilnya bukannya kuhentikan tetapi makin kutingkatkan. Bahkan dengan gemas, bagian paling peka di kemaluannya itu kucerucupi dan kuhisap-hisap. Akibatnya ia tak mampu bertahan lebih lama. Pertahanannya jebol. Kedua pahanya yang kekar menjepit kencang kepalaku dan menekan hebat hingga wajahku benar-benar membenam di memeknya.

    Berbarengan dengan itu ia memekik dan mengerang kencang namun tertahan. Cairan kental yang terasa hangat juga kurasakan menyemprot mulutku uang masih menghisap itilnya. Saat itulah aku tahu Bu Watik baru saja mencapai puncak kenikmatannya. Rupanya, upayaku untuk membuatnya orgasme tanpa mencoblos memeknya dengan kontolku berhasil.

    Setelah beberapa lama, nafas Bu Watik yang sempat memburu berangsur pulih seiring dengan mengendurnya jepitan paha wanita itu di kepalaku. Hanya ia tetap terbaring. Mungkin tenaganya terkuras setelah puncak kenikmatan yang didapatnya. Kesempatan itu kugunakan untuk menyeka dan membersihkan mulutku memakai serbet makan yang tersedia bersama sejumlah menu makanan yang belum sempat kami sentuh.

    Aku baru saja menenggak habis segelas teh manis hangat yang sudah diingin saat Bu Watik menggeliat dan terbangun. Kulihat ia tersenyum padaku. Senyum yang sangat manis. Mungkin sebagai ungkapan terima kasih atas yang baru kuberikan dan sudah lama tidak diperoleh lagi dari suaminya. "Nak Anto sudah lapar? Kalau lapar makan dulu deh," ujarnya.

    "Saya sudah kenyang kok Bu," jawabku.

    "Kenyang apa, wong baru minum teh saja kok,"

    "Bukan kenyang karena makanan. Tetapi karena menjilati memek ibu yang mantep banget," candaku sambil menatapi busungan memeknya.

    "Ih dasar. Ibu bener-bener nggak tahan lho Nak Anto. Soalnya sudah lama banget nggak dapat yang seperti tadi," ujarnya tersipu.

    Rupanya ia juga baru sadar bahwa bagian bawah tubuhnya masih telanjang. Celana dalam warna krem miliknya yang teronggok segera diambil dan Bu Watik berniat untuk memakainya. Namun aku langsung mencegah. Kurebut dari tangannya dan kulempar agak jauh darinya. "Jangan ditutup dulu dong Bu. Saya masih belum puas lihat punya ibu," kataku sambil mengusap memeknya.

    "Nak Anto tidak pengin makan dulu?"

    "Nanti saja ah. Perut saya sih belum lapar. Tapi kalau yang ini sudah lapar sejak tadi," ujarku sambil menurunkan risleting celanaku dan mengeluarkan isinya dari celana dalam yang kupelorotkan.

    Kontolku keras dan tegak mengacung sempurna. Urat-uratnya terlihat menonjol melingkari sekujur batangnya yang hitam dan berukuran lumayan besar. Bu Watik tampak terpana melihatnya. "Punya saya hitam dan jelek ya Bu," kataku memancing.

    "Bukan.. bukan karena itu. Tapi ukurannya.. kok gede banget,"

    "Masa? Tapi ibu suka sama yang gede kan?" Kataku sambil merubah posisi duduk menggeserkan bagian bawah tubuhku mendekat ke istri atasanku. Aku berharap ia tak hanya menatap senjataku tapi mau mengelusnya atau bahkan mengulumnya. Sementara tanganku tetap merabai dan mengusap-usap memeknya yang tebal.

    Bu Watik ternyata cepat tanggap dan mengerti apa yang kuinginkan. Batang zakarku digenggamnya. Tetapi ia hanya mengelus dan seperti mengamati. Mungkin ia tengah membandingkan senjata milikku dengan kepunyaan suaminya. "Beda dengan milik bapak ya bu. Punya saya memang sudah hitam dari sananya kok," candaku lagi.

    "Ih.. bukan begitu. Punya Nak Anto ukurannya nggilani. Kayaknya marem banget," ujarnya tersenyum. Wajahnya tampak dipenuhi nafsu.

    Akhirnya, Bu Watik benar-benar melakukan seperti yang kuharapkan. Setelah mengecu-ngecup topi baja kontolku, ia mulai memasukkan ke dalam mulutnya. Awalnya cuma sebagian yang dikulumnya. Selanjutnya, seluruh batang zakarku seperti hendak ditelannya. Mulutnya terlihat penuh karena berusaha memasukkan seluruh bagian tonggak daging milikku yang lumayan besar dan panjang.

    Wanita istri atasanku itu ternyata cukup pandai dalam urusan kulum-mengulum. Setelah seluruh bagian batang kontolku masuk ke mulut, ia menghisap sambil menarik perlahan kepalanya. Begitu ia melakukannya berulang-ulang. Aku mendesah oleh kenikmatan yang diberikan. "Oookkhhh... sshhh.... oookkkhhhhh.... enak banget... aakkkkhhhh.... terusss.... aaakkkkkhhhhhh," desisku.

    Sambil terus melumati batang kontolku, tangan Bu Watik juga menggerayang dan memainkan biji-biji pelir milikku. Kalau bukan di rumah makan mungkin aku sudah mengerang dan melolong oleh sensasi dan kenikmatan yang diberikan. Sebisaku aku berusaha menahan agar tidak sampai rintihanku terdengar orang lain.

    Untuk melampiaskannya, aku mulai ambil bagian dalam permainan pemanasan yang dilakukannya. Aku harus bisa mengimbangi permainan Bu Watik. Kedua pahanya kembali kukangkangkan dan wajahku kembali kubenamkan di selangkangannya. Bu Watik sebenarnya belum sempat mencuci memeknya setelah lendir kenikmatannya keluar saat orgasme sebelumnya. Tetapi aku tak peduli. Memek wanita yang sudah dipanggil nenek itu kucerucupi.

    Bahkan jilatan lidahku tidak hanya menyapu bagian dalam lubang memek dan kelentitnya. Tetapi juga melata di sepanjang alur liang nikmatnya yang menganga namun juga ke tepian lubang duburnya. Saat aku menjilat-jilat tepian lubang anusnya Bu Watik menggerinjal dan memekik tertahan. Mungkin kaget karena tak menyangka lidahku bakal menjangkau bagian yang oleh sementara orang dianggap kotor.

    Tetapi itu hanya sesaat. Setelah itu ia kembali melumati dan menghisapi batang kontolku sambil mendesah-desah nikmat. Karenanya aku makin fokus dan makin sering kurahkan jilatan lidahku ke lubang duburnya sambil sesekali meremasi bongkahan pantat besarnya.

    Pertahananku nyaris jebol saat mulut Bu Watik mulai mencerucupi biji pelir kontolku. Untung Bu Watik mengambil insiatif menyudahi permainan pemanasan itu. Ia memintaku segera memasukkan rudalku ke liang sanggamanya. "Ahhh... sudah dulu ya. Sudah nggak kuat pengin merasakan batang Nak Anto yang gede ini nih," kata Bu Watik seraya melepaskan batang kontolu dari genggamannya.

    "Ii.. iiya bu, saya juga sudah pengin banget merasakan memek ibu,"

    Aku mengambil ancang-ancang di antara paha Bu Watik yang mengangkang lebar. Lubang bagian dalam kemaluannya yang menganga terlihat kemerahan . Sepertinya lubang nikmat Bu Watik telah menunggu untuk disogok. Memang sudah lama tidak ditengok karena kemaluan suaminya yang mulai loyo. Kepala penisku yang membonggol sengaja kuusap-usapkan di bibir luar memeknya yang sudah amburadul bentuknya. Bahkan ada sebentuk daging mirip jengger ayam yang menjulur keluar. Entah apa namanya karena aku baru melihatnya.

    Bu Watik mendesah saat ujung penisku menyentuh bibir kemaluannya. Meski nafsuku kian membuncah melihat memek tembemnya yang menggairahkan, aku berusaha menahan diri. Bahkan ujung topi baja rudalku hanya kumainkan untuk menggesek dan mendorong gelambir daging mirip jengger ayam di memek Bu Watik. Sedikit menekannya masuk dan menariknya kembali.

    Akibatnya Bu Watik merintih dan memintaku untuk segera menuntaskan permainan. "Ayo Nak Anto... jangan siksa ibu. Masukkan kontolmu.. ssshhh... aahh... sshh ahhh ayo nak,"

    Blleeessseeekkk... akhirnya batang kontolku kutekan dan benar-benar masuk ke lubang memeknya. Karena sudah lumayan longgar dan banyaknya pelicin yang membasah di lubang memeknya, batang kontolku tidak mengalami hambatan berarti saat memasukinya. Bagian dalam lubang Memek Bu Watik terasa hangat dan sangat becek.

    Setelah batang zakarku benar-benar membenam di kehangatan liang sanggamanya, kurebahkan tubuhku untuk menindih tubuh montoknya. Bibir istri atasanku yang merekah perlahan kukecup dan akhirnya kulumat. Saat itulah sambil terus mengulum dan melumati bibirnya, mulai kuayun pinggulku dan menjadikan batang kontolku keluar masuk di lubang memeknya.

    Bu Watik juga mulai mengimbanginya. Tak kalah hot, lidahku yang menyapu rongga bagian dalam mulutnya sesekali dihisap-hisapnya. Bahkan ia mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya. Aku baru mulai merasakan kelebihan yang dimiliki Bu Watik. Bukan cuma tubuhnya yang matang akibat usia senja namun masih menggairahkan. Tetapi kerja otot bagian dalam memeknya juga lebih terasa. Berdenyut dan seperti memerah batang kontolku.

    Kini giliran aku yang dibuatnya mengerang. Nampaknya istri atasanku telah benar-benar matang dalam hal urusan ranjang. Untuk melampiaskannya, kuremas gemas teteknya yang besar dari luar kaos yang dipakainya. Bahkan karena kurang puas, kaosnya kusingkap dan sepasang payudaranya kurogoh dan kutarik keluar dari kutangnya. Pentil-pentil teteknya yang berwarna coklat kehitaman kupelintir dan kumain-mainkan dengan jariku.

    Blep... blep.... blep... begitu suara yang kudengar setiap kali ayunan pinggulku menyentuh selangkangan Bu Watik. Di samping bunyi kecipak karena lendir yang kian membanjir di liang sanggamanya. "Sshhh... ssshh ...aahh .... aahh terus nak.. aahh enak banget. Kontolmu enak bangat Nak Anto,"

    "Memek ibu juga enak. Empotannya mantep banget,"

    Bu Watik tersenyum. Wajahnya kian memerah. Kembali kulumat bibirnya sambil tak lepas tanganku menggerayangi buah dadanya. Saat itu kurasakan tangan Bu Watik mencengkeram pantatku dan mulai menekan-nekannya. Dan kursakan tempo goyangan pinggulnya makin cepat. Rupanya ia mulai mendekat ke puncak gairahnya.

    Aku yang juga mulai kehilangan daya tahan segera mengimbanginya. Berkali kontolku kutikamkan ke lubang memeknya dengan tekanan yang lebih kencang dan lebih bertenaga. Bu Watik memekik dan mengerang. "Aaauuww... aaakhhh ,,,, aakkkhhh enak banget... aaakhhh.... terus... sayang .... aaaakhhh ... ya.... aaakhhh memek ibu enak bangat disogok begini... aaaaakkkkhhhh .... sshhhh... sshhh... aaahhhhh," rintihan dan suara Bu Watik makin tak terkontrol.

    Aku jadi makin terpacu. Bukan cuma mulutnya yang kucium. Tapi ujung hidungnya yang bangir dan dahinya juga kucerucupi dengan mulutku. Bahkan lidahku menjelajah ke lehernya dan terus melata. Lubang telinga Bu Watik juga tak luput dari jilatan lidahku setelah menyibak rambutnya.

    Tubuh Bu Watik kian mengejang. Kedua kakinya yang kekar dan panjang membelit pinggangku dan menekannya. Kedua tangannya memeluk erat tubuhku. Rupanya ia hampir sampai di garis batas kenikmatannya. Aku yang juga sudah mendekati puncak gairah makin meningkatkan tikaman- tikaman bertenaga pada lubang sanggamanya.

    Akhirnya gairah Bu Watik benar-benar tertuntaskan. Cairan yang menyembur di lubang memeknya dan cengkereman kuku-kukunya di punggungku menjadi pertanda kalau ia sudah mendapatkan orgasmenya. Tetapi aku terus mengayun. Kocokan batang kontolku di lubang memeknya yang makin banjir tak kuhentikan. Bahkan makin kutingkatkan karena kenikmatan yang kian tak tertahan.

    Puncaknya, Bu Watik kembali mencengkeram pantatku. Kali ini dengan sekuat tenaga ia berusaha menahan agar pinggulku tidak dapat bergerak dan kontolku tetap membenam di lubang memeknya. Saat itulah, otot-otot bagian dalam vaginanya terasa mencengkeram bagitu hebat dan bergelombang. Serasa memerah dengan kuatnya. Aku merintih dan melolong panjang. Pertahanku menjadi jebol dan maniku menyemprot sangat banyak gua kenikmatan istri atasanku. Bersama peluh membanjir, tubuhku ambruk di atas tubuh montok Bu Watik dengan nafas memburu.

    "Nanti ikan bakar dan kepiting saos tomatnya minta dibungkus saja Nak Anto. Sayang kalau tidak dimakan. Tapi jangan lupa piring-piringnya dibuat kotor dengan masi dan lauk yang lain, hingga sepertinya kita sudah benar-benar makan," kata Bu Watik setelah merapikan kembali baju yang dipakainya.

    Kami meninggalkan rumah makan saung di pinggir pantai setelah membayar di kasir dan meninggalkan lembaran dua puluh ribu rupiah sebagai tip kepada petugas yang membereskan serta membungkuskan makanan yang memang tidak kami makan. Dari spion, wajah Bu Watik kulihat sangat cerah. Pasti karena kenikmatan yang baru direguknya serta nafsunya yang lama tertahan telah tersalurkan.

    "Apa lihat-lihat. Wanita sudah tua kok masih diajak ngentot," kata Bu Watik yang memergoki ulah mencuri-curi pandang ke arahnya lewat spion. Tetapi perkataannya itu bukan karena marah.

    "Usia boleh saja sudah kepala lima. Tetapi wajah ibu masih cantik dan tubuh ibu masih sangat merangsang. Mau deh tiap malam dikelonin ibu," ujarku menggoda.

    "Bener tuh,"

    "Sungguh Bu. Saya bisa ketagihan deh oleh empotan memek ibu yang dahsyat tadi,'

    "Ibu juga suka sama batang Nak Anto. Besar dan panjang. Kalau mau kapan-kapan kita bisa mengulang. Kalau ada kesempatan nanti saya SMS," ujar Bu Watik.

    Aku sangat senang karena sudah mendapat peluang untuk terus bisa menyetubuhinya. Tangan Bu Watik kuraih dan kugenggam. Bahkan sempat meremas susunya sambil mengendalikan kemudi. Hanya Bu Watik mengingatkan bahwa ulahku bisa menyebabkan kecelakaan hingga aku kembali berkosentrasi pada setir mobil yang kukendarai. Ah, memek wanita tua ternyata masih sangat nikmat.

    Sampai di rumah Pak Watik sudah tidur di kamarnya. Sedang Bu Rahmi, terlihat berbincang dengan Yu Sarti, pembantu di rumah itu. Setelah berbincang sebentar, aku dan Bu Rahmi pamit pulang. Hanya sebelumnya Bu Watik memberikan bungkusan lauk yang belum sempat kami makan sewaktu di rumah makan. "Buat oleh-olah anak di rumah Bu," kata Bu Watik.

    Di jalan, saat membonceng sepeda motor dan kutanya tentang ulah Pak Watik, Bu Rahmi cerita bahwa atasanku itu benar-benar genit. Selama dipijat, kata Bu Rahmi, ia terus merayu dan berusaha menggerayangi. "Tapi tidak saya ladeni lho Pak Anto," ujar Bu Rahmi meyakinkanku.

    "Pasti Pak Watik maksa untuk bisa megang memek ibu kan? Soalnya dia kemarin bilang pengin banget lihat punya ibu,"

    "Iya sih tapi hanya pegang. Dan karena terus maksa akhirnya ibu kocok," ungkap Bu Rahmi jujur.

    Aku tertawa dalam hati. Sementara suaminya hanya bisa meraba memek wanita lain dan dipuaskan dengan dikocok, istrinya malah sampai orgasme dua kali disogok penis laki-laki lain. Bahkan istrinya berjanji untuk mengontak agar bisa mengulang kenikmatan yang telah kami lakukan.

    Sampai di rumah anak-anak Bu Rahmi sudah tidur. Dan mungkin karena terangsang gara-gara memeknya digerayangi Pak Watik, Bu Rahmi memaksaku untuk singgah di rumahnya. Untuk menolak rasanya kurang enak. Karena biasanya aku yang sering memintanya untuk melayaniku.

    Rupanya nafsu Bu Rahmi sudah benar-benar tinggi. Di kamarnya, saat ia mulai mengulum batang kontolku dan tanganku menggerayang ke selangkangannya, memeknya sudah basah. Bahkan saat tangaku mulai mencolok-colok lubang nikmatnya, Bu Rahmi kelabakan. Memintaku untuk segera menuntaskan hasratnya.

    Tetapi aku berusaha bertahan. "Punya saya belum terlalu keras Bu. Nanti kurang enak. Kalau ibu menjilatnya di sini, pesti cepat kerasnya," kataku sambil mengangkat dan memperlihatkan lubang anusku," kataku.

    Sebenarnya, kontolku kurang keras karena sebelumnya telah dipakai melayani Bu Watik di rumah makan. Namun keinginan untuk dijilati di bagian anus, mendapat tanggapan serius Bu Rahmi. Ia langsung berjongkok di tepi ranjang dan berada selangkanganku. Dan tanpa ragu atau merasa jijik, langsung menjulurkan lidahnya untuk menyapu biji pelirku dan diteruskan dengan menjilat-jilat lubang duburku. Rasanya geli-geli nikmat dan membuat tubuhku merinding.

    Akibatnya aku dibuat kelojotan. Dibuai kenikmatan yang diberikan Bu Rahmi. Terlebih ketika ia mulai mencucuk-cucukkan lidahnya ke lubang duburku. "Aaakkhhhhh... aakkhh.. enak banget .... oookkh enak banget. Saya suka suka banget ngewe sama ibu. Oookkkh ... nikmat,"

    Dirangsang sebegitu rupa kontolku makin mengeras. Tetapi Bu Rahmi terus saja menjilati dan mencerucupi anusku. Ia melakukannya sambil meremasi dan mengocok-ngocok kontolku yang makin terpacak. Takut keburu muncar sebelum dipakai menyogok lubang memeknya, aku meminta Bu Rahmi menghentikan aksinya.

    Tubuh montoknya langsung kutarik dan kutelentangkan di ranjang. Dalam posisi mengangkang, aku langsung menungganginya. Bleesss... kontolku langsung membelesak di lubang nikmatnya yang basah. Ia agak tersentak. Mungkin karena aku menggenjotnya secara tiba-tiba. Namun ia tidak mengeluh dan malah mendesah nikmat.

    "Ah... sshh... aahh.. enak banget. Marem banget kontolnya Pak Anto,"

    Dan lenguhannya makin menjadi ketika aku mulai memompanya. Aku mencolok-colok dan memaju-mundurkan pinggangku dengan tempo cepat. Tubuh Bu Rahmi terguncang-guncang dan susunya yang besar bergoyang-goyang. Gemes dan merangsang banget melihatnya. Aku jadi tergerak untuk meraba dan meremas-remasnya sambil menikmati kehangatan lubang nikmatnya.

    Aku sudah beberapa kali menyetubuhi Bu Rahmi. Tetapi sepertinya tidak pernah bosan. Memek Bu Rahmi meskipun sudah lumayan longgar tapi tetapi terasa kesat dan liat. Terlebih bila ia sudah memain-mainkan otot-otot bagian dalam lubang vaginanya. Erangan dan desahannya juga selalu mengipasi nafsuku.

    Cukup lama kami saling memacu. Sampai akhirnya Bu Rahmi mengisyaratkan bahwa ia hampir memperoleh orgasmenya. Maka kocokan dan sogokan kontolku di lubang kemaluannya kian kutingkatkan. Berdenyut-denyut batang kontolku dibuatnya saat Bu Rahmi mulai mengimbangi dengan empotannya. Akhirnya Bu Rahmi memperoleh apa yang didambanya dan aku pun sama. Spermaku menyemprot dan membasahi liang vaginanya. Tubuhku ambruk di kemontokan tubuh wanita yang basah oleh keringat.