Selasa, 04 Oktober 2011

Nurlena

Semua rahasianya ada di tanganku. Foto – foto perselingkuhannya dengan guru lain ada padaku. Sebenarnya ia sudah bertobat dengan memakai jilbab lebarnya. Namun ada pikiran nakal mengusikku. Bukannya membantu ia untuk bertobat, aku malah mengancam akan menyebarkan foto – foto itu kalau ia tidak menuruti semua keinginanku. Bu Nurlena namanya. Putih, langsing, walaupun payudara dan bokongnya tidak terlalu besar, namun terlihat masih kencang, walau ia sudah berumur 38 tahun. Wajahnya cantik.
Keinginanku yang pertama adalah agar dia tidak memakai BH dan celana dalam ketika mengajar. Untuk memastikannya, aku datang ke ruangannya. Dia kaget melihat kedatanganku. Segera kututup pintu ruangannya.
“Sekarang ibu berdiri” pintaku.
“Mau apa kamu?” tanyanya ketus.
“Nurut aja bu” kataku menyeringai.
Setelah ia berdiri, aku raba payudaranya. Benar saja, ternyata ia tidak memakai BH. Payudaranya masih kencang. Kuremas – remas kedua payudaranya.
“Mmmmmhhhh” erangnya.
Ia tidak bisa melawan, karena ia takut ketahuan guru yang lain. Aksiku cukup sampai di situ karena aku pun takut ketahuan guru yang lain.
“Bagus kalau ibu nurut sama aku”
Aku pergi meninggalkannya yang masih berdiri.
Ketika ia mengajar di kelasku, bukannya memerhatikan materi yang diberikan, aku malah memerhatikan tubuh Bu Nurlena. Pikiranku mulai kemana – mana. Tempat dudukku yang di pojok belakang menyendiri membuat teman – temanku tidak ada yang memerhatikanku. Perlahan aku membuka retsleting dan mengeluarkan batang kemaluanku yang sudah agak mengeras. Aku mulai mengocok batang kemaluanku. Tepat sebelum orgasme, pelajaran selesai.
Karena sudah tanggung, aku pun mendatangi ruangan Bu Nurlena lagi. Suasana kantor sudah agak sepi. Langsung kukunci ruangannya. Dia kaget dengan apa yang kulakukan.
“Mau ngapain lagi kamu?” tanyanya.
“Sekarang ibu isep batang kemaluan aku” pintaku.
Ku dekati dia yang masih duduk diam di kursinya. Kubuka retsleting dan kukeluarkan batang kemaluanku yang mulai tertidur. Kupegang kepala Bu Nurlena dan kupaksa batang kemaluanku masuk ke mulutnya.
“Mmmmmmm” gumamnya.
Kukocokkan batang kemaluanku di dalam mulutnya.
“Enak bu, ternyata ibu pinter juga yah”
Tidak lama kemudian aku sampai pada orgasmeku. Sebagian pejuhku masuk ke mulutnya. Ada juga yang muncrat di mukanya, bahkan jilbab hitamnya. Setelah itu kusuruh ia menungging di lantai. Kuangkat jubah bagian bawahnya. Terlihat pantat yang putih mulus dan vagina yang ditumbuhi bulu – bulu halus. Kumasukkan dua jariku ke vaginanya.
“Aaaahhhh” erangnya perlahan.
Kukocok vaginanya dengan jariku dan kumainkan klitorisnya dengan tangan satu lagi. vaginanya mulai basah. Kuambil spidol marker besar white board yang ada di mejanya dan kutusukkan ke lubang pantatnya.
“Aaaaaahhhhh” teriaknya kaget.
“Jangan berisik bu, ntar kedengeran tukang bersih – bersih” kataku.
vagina dan pantatnya terus kusodok. batang kemaluanku pun mulai menegang lagi. Dengan spidol marker besar masih di pantat. Aku langsung menyetubuhinya.
“Mmmmmmhhhhhh” erangnya.
“vagina ibu masih rapet yah, enak banget bu”
vaginanya yang mulai basah langsung menyemprotkan cairan orgasmenya. batang kemaluanku jadi basah dibuatnya. Kocokanku semakin cepat, menimbulkan bunyi ‘cpak cpak’. Tak lupa pantatnya terus kusodomi dengan spidol marker besar.
5 menit kemudian aku orgasme. Kumuncratkan semua pejuhku ke rahimnya.
Crooot crooottt…
“Enak banget bu, makasih yah bu” kataku.
Sebelum aku pergi, aku mengencingi jilbab dan jubahnya.
“Heh, gimana ibu pulang nanti?” tanyanya dengan marah.
“Ya terserah ibu mau gimana. Hehehe” seringaiku.
Aku pun pergi dari ruangan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar