Selasa, 04 Oktober 2011

Nurlena 2

Aku mendengar kabar kalau suaminya Bu Nurlena sedang bepergian keluar kota. Seketika aku punya ide untuk memuaskan hasratku malam ini. Rumah Bu Nurlena tidak jauh dari rumahku. Hanya berbeda gang saja. Malam itu, tepat pukul 8, aku bersiap pergi ke rumahnya. Aku membawa tas yang berisi perlengkapan untuk mengerjainya.
Sesampainya di rumahnya, aku memencet bel yang ada di pagar rumahnya. Keluarlah Bu Nurlena, memakai daster dan jilbab kausnya. Ia agak kaget dengan kedatanganku. Raut wajahnya menunjukkan kalau dia tidak senang dengan kedatanganku.
“Buka pintunya dong” kataku menyeringai.
“Mau apa lagi kamu?” tanyanya dengan ketus sambil membuka pintu pagar.
“Pake nanya, ibu sudah tahu kan?” jawabku.
Aku pun masuk ke dalam, pintu pagar langsung ku kunci dengan gembok yang kubawa dari rumah.
“Heh” bentaknya.
“Apa sih? Nurut aja deh” kataku.
Aku masuk ke ruang tamu. Ketika masuk, aku kaget, ternyata ada orang lain di rumah ini. Aku tahu kalau Bu Nurlena punya anak, namun masih berumur 5 tahun. Tapi yang kulihat adalah wanita berjilbab berumur sekitar 25 – an. Wajahnya cantik, berkulit putih, pantat dan payudaranya masih kencang. Menurutku ia masih perawan. Ia sedang menonton tv, ketika melihat kedatanganku, ia langsung masuk ke kamarnya.
“Itu siapa?” tanyaku.
“Adik saya, namanya Dini, awas kalau kamu macam – macam sama dia” ancamnya.
Aku mengangguk, namun pikiranku mulai berjalan mencari ide bagaimana caranya supaya aku bisa menikmati tubuh indahnya. Aku langsung menarik Bu Nurlena ke teras rumah. Ku remas kedua payudaranya, ternyata ia tidak memakai BH, lalu kucium bibir manisnya.
“Mmmmmhhhhhh” erangnya.
Tanpa basa – basi, kudorong ia sampai jatuh telungkup, kuangkat pantatnya sehingga posisinya menungging sekarang. Kuangkat dasternya sampai pantat, dan kubuka celana dalamnya. Kuusap pantat putihnya.
“Bu, aku udah ga tahan nih” kataku.
Pintu pagarnya amat tinggi, sehingga aku berani menyetubuhinya di teras.
Dia hanya bisa terdiam. Kusumpalkan celana dalamnya ke mulutnya supaya erangannya nanti tidak terdengar sampai ke dalam. Kukeluarkan penisku yang sudah mengeras. Langsung kumasukkan ke dalam vaginanya. Sleeppp.
Terasa kesat, karena vaginanya belum terlalu basah. Kukeluarkan penis mainan yang kubawa dan kusodokkan ke anusnya.
“Mmmmmmhhhhhh” erangannya tertahan celana dalam di mulutnya.
“Mantap banget vaginanya ibu” kataku.
Kusetubuhi dia sambil kuremas – remas kedua payudaranya. vaginanya terasa agak basah, 5 menit kemudian ia orgasme. penisku terasa hangat karena semburan cairan orgasmenya. Itu membuat penisku semakin lancar memasuki vaginanya. 10 menit kemudian aku orgasme.
Crooottttt crooootttt. Kumuncratkan spemaku ke dalam vaginanya.
“Mmmmmmhhhhh” erangnya.
Kupeluk tubuh indahnya dari belakang. Kusetubuhi wanita berjilbab ini untuk kedua kalinya. Kucabut penisku, kukeluarkan chloroform yang kusiapkan untuk jaga – jaga. Kusekap Bu Nurlena sampai dia pingsan. Kuseret dia ke dalam garasi. penis mainan tetap kusumpalkan di anusnya. Aku pun masuk ke dalam rumah.
Kuhampiri kamar Dini dan kuketuk pintunya. Sesosok wanita cantik membuka pintu dengan jilbab putihnya. Langsung kusekap dia dengan chloroform. Tidak lama kemudian, ia pingsan. Tubuhnya yang seksi hanya terbungkus daster merah tipis.
“Beruntung juga aku malam ini, dapet perawan ting ting” kataku.
Kulucuti dasternya sehingga hanya tersisa jilbab, BH, dan celana dalam. Melihat wanita jilbab setengah bugil membuat penisku tegang kembali. Kubuka BH dan celana dalamnya. Payudara putih mulus dengan puting berwarna pink mengacung terpampang di depanku. vaginanya ternyata tidak ditumbuhi bulu sedikitpun. vaginanya masih rapat menandakan ia masih perawan.
Kusedot payudaranya dan kupilin – pilin putingnya.
“Mmmmmhhh” erang Dini.
Aku kaget, kukira ia terbangun, tapi ternyata tidak. Jadi kulanjutkan aksiku. Sekarang kumain – mainkan klitorisnya. Dini mengerang tanpa sadar. Aku sudah tak sabar lagi, jadi langsung kukeluarkan penisku dan kucoba memasukkannya ke dalam vagina perawan yang sudah mulai basah karena permainanku tadi.
Agak susah karena vaginanya masih rapat, namun kupaksa dan berhasil. Darah segar mengalir di penisku menandakan bahwa Dini benar – benar perawan. Setelah kupaksa lebih kuat, akhirnya seluruh penisku masuk ke vaginanya. Mulai kukocokkan penisku di vaginanya. penisku serasa dipijat oleh vagina Dini yang masih rapat.
“Mantep ni perawan” kataku.
“Mmmmmmhhhhhh” erang Dini tanpa sadar.
vaginanya menjadi basah yang menandakan ia orgasme. Aku pun bertambah semangat mengocokkan penisku di dalam vaginanya. Tidak lama kemudian spermaku muncrat di rahimnya.
Croootttt croootttt.
Kucabut penisku dan kukeluarkan kamera digital yang kubawa di dalam tas. Ku foto Dini yang bugil namun tetap memakai jilbab putihnya. Ku foto close up vaginanya yang menjadi agak lebar dengan sperma yang mengalir keluar. Tidak lupa ku foto anusnya dan kucolokkan dua jariku ke dalam anusnya dan kukocok sebentar anusnya.
Kucium vaginanya sebagai tanda perpisahan. Dan kutulis pesan yang berisi bahwa kalau Bu Nurlena atau Dini berani melaporkannya kepada siapapun, maka semua foto bugil Dini dan foto perselingkuhan Bu Nurlena akan kusebarkan. Sebelum pergi, kukencingi sekujur tubuh Dini begitu juga jilbabnya. Aku pun pulang dengan perasaan puas dan lega.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar