Selasa, 04 Oktober 2011

Panjul 1

Kejahatan bukan hanya terjadi karena niat pelakunya. Itu kata Bang Napi di penutup sebuah acara televisi swasta. Kenyataannya memang begitu.
Panjul memang ABG yang bengal. Sekolahnya baru kelas 2 SMA. Tapi itu sudah dilaluinya dua tahun. Rokok itu hal biasa. Miras juga sesekali. Ngedrugs, dia pengen coba tapi nggak punya duit. Maen cewek, pegen banget. Tapi juga tidak kelakon karena tidak punya duit itu tadi. Mau ML sama pacar, huh siapa yang mau sama dia. Tampang kere, gigi mancung, item, dekil, bau pula. Mau memperkosa, dia tidak punya cukup nyali. Yang dia bisa cuma melototin cewek-cewek cakep di jalan atau di televisi lalu berfantasi menyetubuhi mereka sambil beronani…..
Panjul sedang nongkrong di bengkel motor langganannya bersama 7 temannya sesama ABG tukang bolos ketika seorang perempuan dewasa datang dengan menuntun sepeda motornya yang bocor bannya.
“Eh Ummi, kenapa Mi ?” tanya si Panjul. Pertanyaan aneh, karena jelas-jelas bannya bocor.
“Eee Panjul. Bocor nih,” sahut perempuan yang disapa Ummi itu.
Panjul dan perempuan itu saling kenal. Rumahnya agak masuk gang. Agak jauh dari para tetangga. Panjul pernah membantu bapaknya memperbaiki genteng bocor rumah perempuan itu. Panjul sendiri tak tahu persis namanya. Dia cuma pernah mendengar dua anak ibu stw itu memanggilnya, “Ummi”. Bapaknya ikut-ikutan memanggil Ummi. Panjul akhirya juga ikut-ikutan.
Usianya baru awal 40-an. Tapi perempuan itu tampak cantik dengan wajah yang selalu berseri. Panjul yang tadi sedang melamun jorok jadi seolah tersadar bahwa Ummi juga bisa jadi bahan khayalannya…..
“Eh, kok malah bengong. Tolong diparkirin ini !” tegur Ummi.
“Eh iya, iya…. ” sahut Panjul kaget. Teman-temannya tertawa-tawa.
“Emang gitu tante, si panjul kalo lihat orang cakep suka ngelamun yang nggak-nggak,” ujar Benjol, temannya. Sekilas Panjul melihat wajah Ummi bersemu merah.
Diparkirkannya motor perempuan itu di bengkel Marno. Lalu, disuruhnya Marno mulai menambal. “Nanti kalau sudah selesai biar saya antar ke rumah Ummi. Di sini Ummi ntar digigit munyuk-munyuk ini,” katanya disambut derai tawa teman-temannya lagi.
“Oh gitu…. makasih ya Njul,” sahut Ummi sambil membalikkan badan dan melangkah pulang, 400-an meter dari bengkel.
Panjul seperti terpana memandangi punggung Ummi. Perempuan itu mengenakan baju terusan panjang hijau pupus dan jilbab putih dengan renda hijau muda di tepiannya. Jilbab lebarnya berkibar. Baju serba longgar itu ternyata tak cukup menahan khayalan Panjul. Pandangan mata Panjul seolah menembus ke balik busananya yang sopan….
******
Hampir satu jam kemudian, Marno selesai menambal ban. Panjul segera menstarter motor Ummi dan membawanya ke rumah perempuan itu. Motor langsung masuk garasi. Tapi rumah terlihat sepi. Suaminya pergi kerja. Dua anaknya sekolah. Panjul ke belakang rumah. Dilihatnya Ummi sedang mengambil handuk dari tali jemuran. Ups, handuk itu jatuh. Ummi menunduk mengambilnya.
Mata Panjul melotot. Ummi tak tahu Panjul ada di belakangnya. Hanya 2 meteran jaraknya. Panjul bisa melihat perempuan itu nungging di depannya. Matanya yang terlatih bisa melihat tak ada garis tercetak di bundaran bokong perempuan itu. Jilbabnya yang terjulur ke depan juga membuat punggung Ummi terlihat. Panjul pun tak melihat ada ‘garis’ di punggung Ummi. Panjul langsung menyimpulkan, Ummi tidak pakai bra dan cd. Pikiran itu membuat penisnya menegang.
“Motornya sudah, Ummi,” sapa Panjul pelan.
Tapi sapaan itu betul-betul mengagetkan Ummi. Perempuan itu terlonjak dan menjerit.
“Heiiii…. kaget aku !!! Kok nggak kedengeran suaranya,” katanya.
“Maaf Ummi…. ” sahut Panjul, merasa bersalah juga. Tapi pikirannya masih ke bokong Ummi.
“Berapa ongkosnya ?”
“Lima ribu Ummi,”
“Ongkos antarnya ?”
“Nggak usah….”
“Wah, kamu baik ya. Sudah ya, Ummi mau mandi dulu,” lanjut Ummi.
Deg, jantung Panjul berdebar keras mendengar kata “mandi”
“Iya Ummi, saya pamit dulu. Permisi….” kata Panjul lalu berbalik.
Panjul berjalan perlahan. Ia sempat mendengar pintu rumah tertutup. Entah kenapa, Panjul berhenti di halaman rumah. Ia juga mendengar tak lama kemudian, suara pintu kamar mandi tertutup dan menyusul kemudian suara keran air yang mengucur deras ke bak mandi.
Panjul sama sekali tak pernah punya niat jahat pada Ummi. Tapi tiba-tiba saja muncul pikiran ngeres begitu mendengar suara air yang mengucur deras di kamar mandi. Suasananya sungguh mendukung. Rumah itu jauh dari para tetangga. Di rumah hanya ada Ummi yang sedang mandi….
Sempurnalah semuanya ketika seolah tanpa sadar Panjul berbalik ke belakang rumah dan mendapati pintu belakang tidak terkunci. ABG itu berjingkat masuk mendekati kamar mandi. Suara air keran masih terdengar. Samar-samar terdengar juga suara Ummi sedang menggosok gigi.
Panjul mencoba mengintip dari lubang kunci. Gagal, lubang itu terlalu kecil dan tersumpal anak kunci. Tetapi, di bagian bawah pintu dilihatnya rongga yang lumayan lebar karena bagian bawah daun pintu dari kayu sudah lapuk. Panjul berjongkok. Jantungnya berdetak keras ketika melihat sepasang kaki telanjang hingga betis. Putih dan mulus. Selama ini, Panjul melihat Ummi selalu mengenakan sepasang kaus kaki. Panjul merundukkan kepalanya lagi, nyaris tengkurap di lantai.
Kerja kerasnya membuahkan hasil. Panjul hampir tak bisa mempercayai penglihatannya sendiri. Ummi yang selama ini selalu dilihatnya dalam balutan busana yang tertutup rapat, kali ini dilihatnya dalam keadaan telanjang bulat. Benar-benar tanpa sehelai benangpun !
Dari bawah dilihatnya menyusuri tungkai Ummi yang padat, mulus dan indah, Sepasang pahanya, hingga pangkal pahanya yang ditumbuhi rambut kemaluan lumayan lebat. Lalu makin ke atas, perut Ummi agak membuncit. Panjul kaget, rupanya Ummi sedang hamil. Mungkin sekitar 5-6 bulan. Panjul pernah diberitahu temannya tentang ciri-ciri perempuan hamil. Yakni, area berwarna gelap di sekitar putingnya yang melebar.
Panjul melihat, sepasang payudara Ummi makin berisi dan area berwarna gelap di sekitar putingnya pun lebar.
Panjul menikmati betul saat-saat Ummi mulai menyiram tubuhnya dengan air, lalu menyabuni sekujur tubuhnya. Panjul makin bernafsu dan bertekad akan memanfaatkan situasi itu untuk menikmati tubuh Ummi….
Biarpun bego, Panjul cerdas juga untuk urusan mesum. Dia pun meninggalkan sejenak pemandangan indah itu, lalu masuk ke kamar Ummi yang terbuka. Dilihatnya situasi sekeliling dan dia segera menemukan tempat yang strategis untuk bersembunyi. Dari tempat itu, dia bisa melihat seluruh bagian kamar tanpa khawatir terlihat.
Di ranjang, dilihatnya busana panjang yang tadi dipakai Ummi, juga jilbabnya serta kain seperti slayer yang biasanya dipakai untuk mengikat rambut pemakai jilbab.
“Berarti Ummi nanti keluar kamar mandi bugil….” otak Panjul cepat menyimpulkan.
Suara keran air dari kamar mandi sudah berhenti. Panjul cepat bersembunyi di balik tirai di kamar Ummi. Betul saja, tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka dan terdengar langkah kaki Ummi. Dugaan Panjul meleset. Ummi ternyata keluar dengan mengenakan handuk. Tapi Panjul tak perlu menunggu lama. Ummi melepas handuknya itu.
Posisi Panjul ada di depan Ummi, jadi dia bisa melihat dengan jelas tubuh telanjang perempuan dewasa itu. Sepasang payudaranya masih kencang. Bahkan jadi terlihat montok karena kehamilannya. Vaginanya berambut lumayan lebat. Tapi tampaknya sebentar lagi tidak. Dia melihat Ummi sudah menyiapkan segayung air dan sabun di meja rias. Di tangannya ada alat pencukur.
Panjul tak menyangka bisa melihat pemandangan luar biasa ini. Ummi yang sehari-harinya berbusana tertutup rapat, kini telanjang bulat di hadapannya. Bahkan, kini Ummi duduk mengangkang di ranjang. Di bawah vaginanya ia menggelar sehelai tisu. Lalu, dibasahinya vaginanya dengan air dan sabun.Sekejap saja, Ummi terlihat asyik mencukur rambut kemaluannya. Sebentar saja, kemaluan Ummi terlihat bersih. Panjul bisa melihat bibir vagina Ummi yang rapat dan tembam.
Ummi membungkus rambut kemaluannya dengan tisu dan membuangnya di tempat sampah di sudut kamar. Panjul menahan napas. Posisinya di balik gordyn hanya berjarak setengah meter dari tempat sampah itu. Ia bernafas lega ketika terdengar dering handphone Ummi.
“Eh, Bu Wulan. Mau ke sini ? Jam 10 ? Ya, aku tunggu,” Ummi menjawab telepon dengan suaranya yang lembut.
Jam 10, berarti 2 jam lagi akan ada tamu, pikir Panjul. Sekarang, atau tidak sama sekali, pikirnya lagi. Dilihatnya Ummi tengah mengenakan baju panjang hijaunya. Baru tahu Panjul bahwa Ummi kadang tak pakai bra dan cd di balik baju panjangnya.
Ummi kini telah memakai kembali jilbab putih lebarnya. Tampaknya dia segera keluar kamar. Dirapikannya sejenak ranjangnya. Posisinya membungkuk membelakangi Panjul. Seperti mendapat dorongan kuat, Panjul secepat kilat keluar dari tempat persembunyiannya sambil menyambar handuk lebar yang tersampir di meja.
Dengan handuk itu, ditutupinya bagian kepala Ummi, lalu didorongnya tubuh Ummi hingga tertelungkup di ranjang. Ummi memekik, tapi jeritannya segera terbungkam karena Panjul menekan bagian belakang kepalanya hingga wajah Ummi terbenam di springbednya. Ummi meronta-ronta, tapi tak lama. Kesulitan bernapas, perempuan itupun pingsan.
Panjul lega ketika Ummi tak lagi meronta. Tubuh Ummi juga terasa lemas. Tapi Panjul tak mau mengambil resiko. Disambarnya kabel setrika, direnggutnya putus. Lalu, ditelentangkannya tubuh Ummi. Dengan kabel setrika, diikatnya kedua tangan Ummi terentang ke sudut-sudut ranjang. Dicarinya sehelai kain, lalu dengan kain itu diikatnya mata Ummi yang terpejam. Kalau sewaktu-waktu Ummi siuman, Panjul tak lagi khawatir Ummi akan mengenali penyerangnya.
Begitu merasa aman, Panjul menyeringai. Bagian dada Ummi yang tertutup jilbab tampak naik turun tanda ia masih bernapas. Dengan bernafsu, Panjul langsung mencengkeram kedua gundukan itu dengan kedua tangannya.
Jantung Panjul berdetak keras. Tak menyangka bakal dapat menyentuh perempuan alim itu. Tak sabar, Panjul menyingkapkan jilbab perempuan itu, lalu menarik turun ritsleting jubahnya. Ritsleting itu panjang sampai ke bagian pusar. Maka kini Panjul dapat menyibakkan lebar-lebar bagian muka jubahnya. Sepasang payudara Ummi pun terpampang di hadapan Panjul.
Tangan ABG itu gemetar saat terjulur ke depan dan mulai menjamah payudara telanjang Ummi. Tangan Panjul yang kasar akhirnya meremas-remas payudara Ummi yang lembut, kenyal dan hangat itu. Ummi masih belum sadarkan diri. Panjul melihat dari kedua puting Ummi mulai meneteskan ASI. Itu membuat Panjul makin bersemangat. Diurut-urutnya payudara Ummi ke arah puting sampai akhirnya ASI muncrat dari putingnya. Seperti bayi kelaparan, Panjul pun menghisap-hisap kedua puting Ummi berganti-ganti.
Puas dengan ASI, Panjul mulai beralih ke bagian bawah tubuh Ummi. Ditariknya bagian bawah jubah Ummi sampai ke pinggang. Panjul menahan napas melihat pusat keindahan tubuh perempuan alim itu. Disentuhnya perlahan permukaan vagina Ummi. Terasa lembut dan hangat. Gemas, Panjul pun mulai meremas-remasnya.
Kedua paha Ummi kemudian direnggangkannya. Panjul makin tak berkedip. Kini di hadapannya terpampang vagina telanjang perempuan itu. Jauh berbeda dengan vagina yang biasa dilihatnya di film-film bokep. Vagina Ummi tampak rapi dan mulus. Bibirnya rapat. Tak terlihat gelambir daging di sela-sela bibir kemaluannya.
Dengan dua ibu jarinya, Panjul membuka bibir kelamin Ummi. Panjul mendengus melihat bagian dalam vagina Ummi yang pink. Betul-betul bersih dan rapat. Tak terlihat berlubang seperti yang biasa ditontonnya di film bokep. Meski bukan lagi perawan, tapi bagian dalam vagina Ummi terlihat rapat.
Tangan Panjul terlihat gemetar saat ia menusukkan telunjuknya ke dalam vagina perempuan itu. Panjul bisa merasakan, telunjuknya seperti digenggam gumpalan daging yang basah, berlendir, lembut dan hangat. Jari tengahnya pun menyusul masuk. Perlahan ia mulai menggerakkan dua jarinya itu keluar masuk dan bergerak memutar-mutar.
Panjul keasyikan menonton bibir vagina Ummi yang keluar masuk bersamaan dengan gerak dua jarinya. Saat itulah ia mendengar suara Ummi mengerang dan tubuh perempuan itu menggeliat.
“Eunghhh… ouhhh…. apa ini… ouhhh… eihhh…. siapa ini ??? eihh.. tolooo….mmmmfff…” Ummi tiba-tiba menjerit.
Dengan sigap Panjul membekap mulut Ummi.
“Jangan teriak kalo nggak mau mati !” ancam Panjul dengan suara yang ia ubah jadi lebih serak dan berat. “Ngerti !!!” lanjutnya sambil menjepit puting kiri Ummi. Perempuan itu masih mengerang-erang.
“Aku lepas tanganku, tapi kalo kamu teriak, aku potong tetekmu ini,” ancam Panjul, kali ini sambil mencengkeram payudara Ummi sampai ke pangkal dan menariknya seperti hendak mencopotnya dari dadanya.
Perlahan dilepasnya bekapan tangannya di mulut perempuan itu. Ummi tidak berteriak. Tetapi ia menangis tersedu-sedu. “Huuu huuu… jangan perkosa saya…. saya sudah punya suamiii… saya punya anak….” isaknya.
Tetapi Panjul tak peduli. Ia ingat, sebentar lagi teman Ummi akan datang. Ia segera melepas celananya. Penisnya yang terkurung sejak tadi langsung keluar seperti meloncat. Direnggangkannya paha Ummi, lalu wajahnya menyuruk ke pangkalnya. Isak tangis Ummi makin menjadi ketika merasakan bagian tubuhnya yang paling pribadi dijilati Panjul. Panjul dengan bernapsu menjilati sekujur permukaan vagina Ummi yang mulus. Dua jarinya bahkan membuka bibir vagina Ummi, lalu lidahnya menjulur jauh ke dalamnya.
Namun Panjul tak mau berlama-lama. Ia segera menempatkan dirinya di tengah kedua paha Ummi. Penisnya yang mengacung dilekatkannya ke vagina Ummi yang basah akibat jilatannya tadi. Ditekannya batang penisnya hingga mulai menyelip di antara bibir vagina perempuan alim itu.
Tidak terlalu sulit, tetapi ini persetubuhan pertama Panjul. Tubuhnya bergetar hebat ketika setengah bagian batang penisnya masuk ke liang vagina Ummi.
“Ngghhh…jangan….tolong… eihhhh…jangaaaannnnn…..” Ummi meronta tapi sia-sia. Rontaannya malah membuat penis Panjul makin jauh menusuk vaginanya.
“Jangaaannnn….. mmmmfff…mmmfff…” Ummi berteriak makin keras hingga akhirnya Panjul menyumpal mulutnya dengan celana dalamnya yang bau.
Sambil mencengkeram kedua payudara Ummi, Panjul berkonsentrasi menuntaskan persetubuhan pertamanya. Penisnya menyodok-nyodok vagina Ummi dengan kecepatan yang makin tinggi. Payudara Ummi yang montok terus diremas-remasnya. Dari kedua putingnya terus keluar cairan berwarna putih.
Ummi mengerang-erang dan menangis. Panjul pun tak lama kemudian menyemburkan spermanya ke dalam rahim Ummi. Bagaimanapun Ummi bersyukur ia sedang hamil. Tak terbayang olehnya jika perkosaan ini yang menyebabkan kehamilannya.
Panjul terengah-engah…sama sekali tak mengira akhirnya bisa menyetubuhi Ummi. Perlahan penisnya yang mengecil terlepas dari jepitan vagina Ummi. Bersamaan dengan itu, dari liang vagina Ummi yang semula membuka dan perlahan merapat kembali, meluap keluar sperma Panjul yang lumayan banyak.
Panjul tak ingin berlama-lama. Bergegas dipakainya kembali celana panjangnya. Dibiarkannya celana dalamnya tetap menyumpal mulut Ummi. Biar bodo, dia cerdas juga. Dia punya rencana memberi kesempatan kepada 7 temannya untuk menikmati tubuh Ummi. Dengan demikian, tak ada yang akan menuduhnya melakukan perkosaan, jika suatu saat Ummi mencurigainya.
Panjul keluar dari kamar, membiarkan Ummi tetap terikat terlentang di ranjang dengan jubah yang tersingkap sampai ke atas pinggang dan payudara terbuka. Tubuh Ummi terlihat sesekali tergoncang karena isakan perempuan itu.
Panjul baru akan keluar pintu belakang ketika tiba-tiba ia tertarik melihat kulkas. Dibukanya kulkas itu. Tak banyak isinya, cuma sayur-sayuran. Tapi ia menyeringai saat melihat sepotong terong ungu yang lumayan besar dan panjang. Diambilnya terong itu dan ia kembali masuk ke kamar. Ummi masih terisak-isak. Isakannya tertahan celana dalam Panjul yang menyumbat mulutnya.
Terdengar erangan terkejut Ummi ketika Panjul kembali merenggangkan kedua kakinya. Apalagi ia kemudian merasa bibir vaginanya tertekan benda bulat keras dan dingin. Ummi meronta-ronta, tetapi Panjul tak peduli. Didorongnya terus terong itu sampai akhirnya melesak jauh ke dalam vagina Ummi yang becek oleh spermanya.
Tak cuma itu, Panjul kemudian mengikat pergelangan kaki Ummi menyatu. Akibatnya, sepasang paha mulusnya yang padat pun menjepit terong itu makin mantap di tempatnya. Ummi terisak-isak dan menggeliat-geliat. Terong itu jauh lebih besar dari penis suaminya maupun penis Panjul yang barusan menyetubuhinya. Dinginnya kulit terong yang barusan keluar dari kulkas juga amat menyiksanya.
Panjul menyeringai melihat korbannya tersiksa. Dijepitnya kedua puting Ummi dan ditariknya agak keras sebelum dia benar-benar keluar kamar dan meninggalkan rumah Ummi. Tak lupa dibawanya tisu berisi potongan rambut kemaluan Ummi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar